Aku Kinkin. Cewek setengah tomboy setengah feminin. Aku dari kecil merasa sekuat anak laki laki. Aku merasa mampu mengerjakan apa yang anak laki laki kerjakan. Kecuali main layangan. Sampai sekarang aku tidak tahu rumus menerbangkan layangan. Tapi kalau masalah manjat pohon jambu, manjat genteng aku tidak kalah. Mencari ikan di kali, berlari dan berjalan lebih jauh. Aku pun bisa.
Aku lima bersaudara dan itu cewek semua. Aku dari kecil suka bergaya di depan cermin. Mematut matut baju dan sendal hak tinggi milik kakak kakakku. Berharap bisa cepat menjadi remaja kala itu. Pun begitu aku tetap adalah cewek yang tak begitu pwduli dengan penampilan.
Di usia SMP aku malah suka memakai hal hal macho. Sekarang saja karena sudah beranjak dewasa aku harus mulai kembali feminin. Gincu dan bedak adalah hal yang tidak boleh tertinggal kemanapun.
Aku anak bungsu, manja, tidak mau kalah. Kakak kakakku bisa ikut les bela diri, bisa naik gunung, bisa berpetualang. Waktu itu aku masil terlalu kecil untuk mengikuti jejak mereka. Padahal aku tahu, aku ingin seperti mereka.
Aku suka berpetualang. Aku suka menjelajah. Aku suka berjalan jauh. Melelahkan diri. Aku suka berjalan dan menikmati hembusan angin.
Aku berlagak kuat. Tapi aku masih tetap cewek lemah yang ringkih.
Aku suka menikmati matahari terbenam dengan warna abu jingganya. Aku suka matahari terbit dengan warna kuning birunya. Aku suka berada di puncak melihat kebawah, kesekeliling, seperti aku bisa melihat seluruh pulau. Aku suka memandangi bulan dan bintang, mengaguminya hingga terlelap takjub.
Ketika aku harus berhenti menemui hal hal tersebut. Ketika aku harus mengakhiri petualangan yang baru saja aku mulai. Sedih.
Aku Kinkin. Cewek lemah yang sok kuat. Ingin berjalan lebih jauh tapi tak bisa lagi.
Karena dia dan mereka sudah memiliki urusan masing masing.
-fin-
Carilah teman sebanyak banyaknya. Jangan lepaskan mereka. Karena mencari teman tak semudah menunggu hujan reda.
0 komentar:
Posting Komentar