Dear, suamiku.
Lihat, ini adalah diary online istrimu dulu, saat dia tak punya tempat sampah untuk menampung keluh kesahnya. Perhatikan, semenjak dia bertemu dengan dirimu, dia jarang menulis di blog ini lagi.
Iya, sejak bertemu denganmu aku ungkapkan semua keluh kesah ku kepadamu. Dan, hari ini ingin aku ceritakan isi hatiku.
Saat itu, aku beranikan bertemu denganmu. Tanpa paksaan. Aku benar-benar tak menyangka bahwa kita akan cocok di awal cerita.
Hingga kini kita telah bersama. Yang awalnya berdua sekarang sudah bertiga, bersama Cila.
Hubungan kita berat. Karena terpisah jarak dan waktu. Tapi kurasa tidak terlalu banyak adaptasi untukmu. Kita masih seperti masa pacaran. Tapi saat ini aku punya sahabat kecil yang membuatku merasa paling dibutihkan di dunia ini.
Sudah sekian kali aku mengatakan padamu, aku memiliki rasa cemas tinggi. Yang kadang datang dan pergi. Padahal banyak orang bilang aku orangnya sangat cuek. Tapi mungkin itu bagaimana cara kopingku untuk tidak over stress dan cemas. Mungkin kamu juga merasakannya, pah.
Aku merasa baik-baik saja dengan hubungan LDR kita. Kadang rasa menggebu ingin segera pindah, tapi kadang cemas menggelayut.
Terkadang aku cemas, apakah kita bisa hidup bersama. Karena hubungan jarak jauh ini sudah mulai terbiasa ku lalui. Jika kita hidup bersama nanti, akan banyak hal-hal kecil semakin detail yang akan kita ketahui satu sama lain. Kesamaan di awal hubungan kita hanya bui dipermukaan. Aku benar-benar cemas, apalagi ketika papah bilang kalau kita berbeda. Rasanya sesak di dada ini. Apakah kita bisa, pah?
Aku tahu, kamu mulai banyak menahan amarah, banyak bersabar atas kelakuan istrimu ini. Ya, aku sadar aku begini, tapi secara otomatis aku akan membuatmu kesal. Maaf, aku sadar dan belum mampu berubah.
Pah, istrimu ini orang yang terbiasa mengambil keputusan sendiri, tidak terlatih mengutarakan pendapatnya. Cengeng, dan ingin semua sudah ada di depan mata. Dua hal berbeda, aku manja tapi berusaha mandiri karena keadaan keluarga. Tapi pada dasarnya aku tetap anak terakhir dengan sifat manjanya.
Pah, terimakasih sudah menjadi suami terbaik untukku.
Terimakasih sudah menjadi papa terbaik untuk Cila.
Terimakasih sudah menjadi anak laki-laki terbaik ibuk.
Terimakasih sudah menjadi adik laki-laki terbaik untuk kakak-kakakku.
Terimakasih sudah menjadi om terbaik untuk keponakan-keponakanku.
Terimakasih sudah melengkapi keluarga uniq kami.
Terimakasih sudah membawa kehangatan didalam keluarga kita.
Doa dari istri dan anakmu,
Tetaplah menjadi papa yang peduli kepada keluarga.
Tetaplah menjadi papa yang penuh petualangan untuk kami, membawa kami keliling dunia.
Tetaplah menjadi papa yang baik, yang memberikan hal terbaik.
Semoga Allah memberikan keberkahan untuk keluarga kecil kita, memberikan kesehatan, kelancaran rejeki, keselamatan untuk kita.
Semoga papa, bisa menjaga kami.
Selamat 31 papa.
Semoga kisah klasik ini bisa menjadi kenangan untuk anak cucu kita. ♥️
0 komentar:
Posting Komentar