RSS

Jumat, 22 September 2017

Bukankah kita beruntung?

Hallo.
Aku Luckie. Seorang gadis yang beruntung. Dua puluh lima tahun sudah aku hidup dan menikmati semua keindahan dunia. Aku seorang perawat. Hidupku selalu lancar. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku bisa mengeyam pendidikan sesuai rencanaku. Aku bekerja di tempat yang sesuai seperti perkiraanku.

Aku bekerja di sebuah RS pemerintah pusat. Rumah sakit berstandar internasional, rujukan nasional. Banyak aku temui orang orang kuat di tempat aku kerja. Banyak aku berpikir, begitu banyak nikmat yang Tuhan berikan pada kita yang sehat.

Pun begitu, aku bukanlah manusia sempurna. Aku juga pernah sakit. Di rawat di rumah sakit. Di infus. Gagal di infus pun aku pernah merasakan seperti apa rasanya. Skin test yang rasanya perih itu aku pernah rasakan.

Begitu banyak hal yang bisa aku syukuri dari tempat aku bekerja. Aku masih di beri kesempatan untuk sehat. Memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga. Waktu untuk berpetualang bersama teman. Waktu untuk makan apa saja yang aku mau. Waktu untuk tertawa dan berkeluh kesah bersama teman. Tubuh segar dan bebas bergerak.

Bukankah aku begitu beruntung hidup di dunia ini?

Aku pernah jatuh terpuruk. Seperti tidak ada gunanya lagi aku untuk hidup. Mwmbayangkan masa depan yang tidak tahu seperti apa. Aku khawatir. Aku tidak bisa tunbuh tua seperti orang orang di luar sana. Aku pun hanya gadis sakit sakitan yang kadang lupa keterbatasan tubuh. Membiarkannya terforsir kelelahan. Kadang aku lupa, hingga menekan fungsi tubuh ini semaksimal mungkin. Hingga mungkin aku mulai jatuh sakit.

Aku tahu. Aku tak sekuat orang orang di tempat kerjaku. Aku tahu. Apa yang aku rasakan tak seberat apa yang harus mereka rasakan. Kehilangan kebebasan. Kehilangan harga diri. Kehilangan harta. Kehilangan teman. Kehilangan keluarga. Kehilangan apa yang dibanggakan. Malu. Terpuruk.

Tapi mereka mampu bangkit lagi. Tersenyum. Dan terus melangkah untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi orang lain. Bertahan hidup walau rasanya akan dijalani lebih sulit. Tapi mereka bisa.

Bukankah aku beruntung hidup di dunia ini?

Bila waktuku pun tiba. Aku telah merasakan 25 tahun hidup dan menikmati keindahan dunia. Aku pernah berpetualang. Aku pernah tertawa bersama teman temanku.
Bila waktuku pun tiba. Aku sudah sejauh ini berjalan. Bermain. Belajar. Berlari. Menjadi manja. Menjadi nakal. Menjadi berguna. Menjadi apa yang bisa aku raih.

Banyak anak anak di tempat kerjaku, harus berjuang dari bahkan mereka baru lahir. Mereka seperti terlahir untuk berjuang dengan jarum dan zat beracun itu. Mereka seperti lahir memang untuk merasakan pesakitan itu. Mereka bahkan tak bisa bebas bermain, apalagi untuk berlari merasakan angin. Tak bisa.

Aku banyak belajar dari anak anak itu. Mereka bertahan dari bayi hinga dewasa. Bertahan dengan prosedur yang kadang terasa menyakitkan atau bahkan sudah mati rasa di kulit mereka. Belasan tahun. Puluhan tahun, mereka bertahan hidup.

Tak semudah yang aku rasakan.
Bukankah aku beruntung hidup di dunia ini?
Dua puluh lima tahun sempurnaku. Sedih. Senang. Canda tawa. Berbaur jadi satu. Aku pun harus kuat seperti mereka.
Aku pun harus kuat.

Aku Luckie. Gadis yang berutung.

Kita tak pernah tahu akan seperti apa akhir kita di dunia ini.
Bukankah kita beruntung terlahir di dunia ini?

-fin-

0 komentar:

Posting Komentar