RSS

Jumat, 29 September 2017

Akhirnya hari H yang sesungguhnya

Apaan sih blog ini suka ngomongin hari H g jelas. Ha apaan? Suka ngomongin orang tanpa ijin. Suka ngomongin hal hal masa lalu yang malah terindikasi gagal move on.
Ya trus? Bodo amat lah.

Key..
Hari H itu apa sih?
Intinya adalah hari yang pada akhirnya tiba juga. Hari yang memorable banget entah itu sedih atau senang. Tapi kalau di sini lebih ke sedih. Seperti hari H perpisahan sama Dhani dan Bayu karena mereka sudah g kerja bareng lagi.
Ya sama hari H kali ini adalah saat aku yang harus pergi. Tapi aku udah pergi duluan, nah sewajarnya adalah hari ini adalah hari H itu. H yang sesungguhnya. Jadi harusnya hari ini aku sedih. Aku galau. Aku nangis nangis perpisahan sama anak anak.

Ya..
Banyak moment di bulan September yang aku alami. Jangan jangan besok pun aku nikah di bulan September. Hha.
Seinget aku ya, September itu pernah ada hari sakit hati, hari pas jogja japan week, hari pas jalan jalan ke Bandung, hari pas awal profesi ners, hari pas masa bakti kerja berakhir, hari pas awal musim hujan taun ini tiba, hari pas lembur bahagia. Banyak moment banget.

Iya.. empat bulan sudah aku pergi lebih awal dari jadwal yang seharusnya. Ada sedikit penyesalan di awalnya karena aku harus membayar semua konsekuensi dari keputusanku. Tapi pada akhirnya aku bersyukur. Sekarang aku sudah memiliki rumah baru untuk berteduh. Sedangkan mungkin teman temanku setelah ini, entah kemana.

Hari H. Setelah ditinggal Dhani dan Bayu, sekarang aku yang harus pergi ikuti jejak mereka. Melangkah ke masa depan yang entah seperti apa tapi kami pasti bisa. Bahagia.

Sudah genap empat bulan aku pergi dari kantor lama dan bekerja di RSUP. Sudah berakhir masa orientasiku dan sekarang harus benar benar bekerja. Walaupun masih salah salah dan harus banyak belajar. Berat rasanya di awal, pilihan sudah di tangan. Jalani dengan baik dan ikhlas adalah kunci jawaban terbaik dari semua tanya, kenapa.

Jadi hari ini tadi setelah pulang kerja dari RSUP meninggalkan mungkin kesebelan di antara senior. Aku rada bodo amat pergi ke kantor. Ada hal krusial yang harus aku selesaikan terlebih dahulu.
Aku sih sempat mikir, bagaimana tanggapan para senior. Ah... sudahlah, namanya juga anak baru masih adaptasi. Jangan dipikirkan terlalu berat, bisa bahagia dan bertahan sudah lebih dari cukup untukku. I need my coping stress. Positive thinking. Udah gitu aja hal terbaik untuk tetap bahagia.

Nah. Aku kebut, soalnya udah janjian sama mak Ning buat nemuin mbake. Menyelesaikan urusan terakhir. Pliss. Cukup terakhir ini ajah. G lagi lagi.

Jam 15.20 aku sampai kantor. Pintu masih terbuka. Parkir motor di depan kantor. Ada pak CS. Duh aku bahkan udah lupa nama nama bapaknya. Huhu maafkan saya pak.
Masuk terus buka pintu ruangan Gama. Nah loh g ada orangnya. Terus duduk di kursi tunggu peserta lantai 1. Di5situ sudah mentereng tiga orang. Brian, Arip Daps dan Dessy. Aku g tahu ya mereka beneran kaget melihat aku atau cuma dibikn bikin aja. Wkwkwk. Aku langsung duduk di depan Arip. Ngobrol sama tiga anak itu. Dan yampun Rip, perut itu dijaga, astagah. Pipimuuuu.... duh.. nyaingi aku? Baru ditinggal empat bulan udah gemukan kamu sekarang ya. Bahagia tak tinggal? Iya. Hem... berbicara banyak hal, membicarakan hal embuh. Di dalam ruangan sana ada mbak Zu.

Terus munculah Raka yang menyapa lalu pergi. Beberapa saat kemudian mbak Zu keluar menyapa dan bercerita. Melakukan pengkajian terhadap kehidupanku selama 4 bulan terakhir. Setelah itu datang Ikha, si pelukable girl. Peluk peluk lagi lah sama dia. Di belakangnya ada Gama. Nek sama Gama biasa aja. Soalnya masih sering main. Tapi ah karang manten anyar yo ngono, sekarang dia lebih bernapsu main sama suaminya timbang sama temennya. Ya iyalah. Wkwkwk.

Sesaat kemudia aku naik ke lantai 2. Suasananya berbeda. Tatanan kantornya sudah beda. Semua baru. Terlihat lebih sempit memang. Astagah, dulu aku pernah ada di tahun tahun pertama kantor ini berdiri dengan dekor seadanya. Lihatlah sekarang. Lebih nyaman. Bingung kan mau sedih apa bahagia. Angga selali duduk dipojokan singgasananya. Duh Ngga, pipimu ra kalah mlembung koyo Arip. Di loket BU ada Alfat bekasnya Arip bekasnya Gama bekasnya Bayu. Ada Riska di bekasnya aku bekasnya mb Anes. Ada Alfi dibekasnya Dhani bekasnya Andhita. Wkwkwk. Apaan sih. Ya maksudnya dulu dulunya itu loket yang nempatin orang orang itu. 😂😂

Cerita banyak hal. Nah cerita merwka mungkin adalah cerita yang paling aku tunggu. Mengapa? Karena mereka masih bertemu dengan sahabat BU. Sabahat para pendistraksiku. Duh. Tapi aku malu kalau ingat ingat tingkah gilaku. Wkwkwk. Isin. 🙈🙈
Mengingat ingat para mas mbak sahabat BU memang hal yang menyenangkan. Wkwk. Mengingat tingkah konyol mereka. Mengingat bagaimana mereka ngrusuhi. Mengingat kebahagiaanku ketika mereka datang. Duh.. kangen.

Kabar yang membuat aku menjadi lebih legowo lagi adalah ketika Alfi, Arip, Rizka bercerita bahwa para Sahabat BU pendistraksi stress itu juga mulai tidak mengurusi hal kantor lagi. Rasanya seperti "kog kalian ikut ikutan aku pergi sih?". Wkwkwk. Artinya adalah kinerja mereka bagus sehingga mereka mendapatkan promosi jabatan yang lebih bagus sehingga tidak perlu lagi mengurusi hal hal kantor. Apalagi udah g ada aku, iye kan? Hahah.

Di awal awal aku masih denial dengan keputusanku sendiri. Di awal awal aku masih sedih kalau g bisa ketemu orang orang itu. Tapi sekarang terlihat lebih mudah untuk melangkah. Karena akan seperti ini, pun kalau aku masih bertahan pasti mereka naik jabatan pula. Jadi.. fair. Yeay.

Kalau diingat dulu pas pagi pagi bad mood, keterusan sampai siang, eh tiba tiba sumringah kalau udah datang pendistraksi stress itu. Berdosa kali aku ini buk. Maaf kan anakmu. Bukan maksud hati untuk melukai  aku hanya ingin menyukai. Wkwkwk. Kan gila lagi aku. Tapi masih ada yang aku rindukan. Yang harus menerima alasan untuk dirindukan. Yang harus ada alasan untuk saling menyapa. Padahal aku tak punya alasan apa apa kecuali rindu. Eaaa..

Nah kan trus mbak Dien muncul menyapa. Lagi asyik asyik ngobrol, Andhita datang dengan teriakannya menyapa Bagus yang sudah menggantikan posisi Alfi duduk di depanku. Wkwkwk. Bagus ini ya gus ya, pernah sekali kau antar aku pulang ya. Wkwkwk. Ngeri kan jalan kerumahku. Duh.. Andhita yang semohay itu peluk peluk kemudian ngrusuhi Bagus.
Mumpung ada Andhita aku vicall mas Adi yang sekarang sudah naik jabatan. Untung kan mas Adi naik jabatannya setelah selesai mengurusi aku. Aku juga kangen mas Adi. Sahabat BU yang sekarang selingkungan kerja denganku. Mas yang sudah aku anggap mas sendiri, aku anggap om sendiri. Mas yang membuat aku bisa seenakwudelku dewe. Mas yang membuat aku rada tenang lah. Terimakasih mas Adi.
Nah kan tak vicall itu mas mas yang masih kerja padahal jam hampir menunjukkan jam pulang kerja. Wkwkwk. Mukamu mas, bruwet. Kapan kapan nek kangen aku vicall lagi ya. Hha. Oiya aku rada g percaya kamu kangen datang ke kantor, wong biasanya kamu datang sesorean sesukamu, ganggu orang yang udah mau pulang. Ngeselin. Dulu kamu ngeselin banget mas. Wkwkkw. Ampun, kamu baik kog mas. Beneran. Hha.

Sudah menyelesaikan urusan sama mak Ning. Cerita sama mbak Wahyu. Salaman sama mas Wahyu. Kangen kangenan alakadarnya sama Angga. Kangen denger Angga menghadapi peserta. Dimana saat seperti itu aku ingin mengacungkan keempat jempolku terus bertepuk tangan atas tindakan dan ucapan Angga. Atau pas dengerin Angga rada emosi gitu kan. Lucu. Hha. Dulu kalau ada Angga semua beres. 

Aku turun lagi ke bawah mau nemuin Gama. Di tangga ketemu sama Jojo. Sudah lupa gimana dulu kami adalah patner Bro dan Ro. Dimana saya adalah Bro seenakwudel dewe dan Jojo adalah Ro teraniaya karena harus tetap ngerjain sendiri. Lupa sudah bahwa dulu kami punya toss ala ala yang sering diubah ubah sama Jojo sendiri, dimana saya hanya ikutin kemauan anak itu. Dan, sapaannya yang sekarang lebih anarkis dong, dorong dorong badan aku ampe mau jatuh kayak mau ajak berantem. Lupa dia gimana dulu sok sok alim sok baik pas awal awal jadi pegawai. Hem... wkwkkwk. G kalah lucuk.

Sampai bawah ke ruangan Gama. Dianya sibuk nggarap. Ya udah. Aku duduk aja. Kayak jaman dulu persis kalau yang ini mah. Aku posisinya duduk di depan Gama. Curhat cerita. Dianya sibuk mantengin komputer, tanggepinnya cuma ya gitu. Duh. G berubah nih anak. Ceritanya kan mau vicall Dhani, tapi 2 kali g diangkat. Yadah.. terserah kamu bang.
Aku bilanglah sama Gama "pacar barunya Dhani siapa sih?". Wkwk dengan setengah kaget Gama tanya siapa? Ya aku g tau lah Gam. Orang aku cuma ngimpi aja hha.

Setelah ya alakadarnya begitu sama Gama. Muncul Eve bercerita lagi. Masa depan yang memang entahlah Eve. Semangat ya. Kalau ga ya uis lah nikah aja sama Raka. Mungkin dengan begitu semua hal akan menjadi lebih mudah bagimu. Terus jedul lagi Jojo dengan sapaan anarkisnya yang jahat itu. Sebel.

Setelah jam 17.00 waktu pulang kantor tiba. Oiya tadi aku juga absen lho. Masih bisa lho. Tapi pake tanya dulu caranya absen gimana. Tanya Brian sama Arip. Wkwk. Beneran lupa aku. Padahal lebih simpel dari cara absenku sekarang yang rempong.

Hari H.
September tanggal 29.
Berakhir sudah masa kerja kami.
Semoga penghidupan terbaik dan lebih baik yang akan kami dapatkan.
Terimakasih atas pengalaman berharga dan keluarga yang tidak bisa kami dapatkan di tempat manapun. Iya karena kalian hanya disitu g ditempat lain. 😅
Terimakasih atas stress yang ditimbulkan bersamaan denga coping stress yang tambah bikin stress tapi sekaligus bahagia.
Terimakasih atas kesempatan mengenal banyak orang yang bisa menjadi bekal kami dalam bersosialisasi dan mencari penghidupan yang lebih baik.
Terimakasih atas pelajaran berharga yang entah apapun itu.
Terimkasih sudah menerima kami apa adanya dan memaksa kami untuk menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih.
Dengan gotong royong semua tertolong.
InsyaAllah. UHC.

3 fokus utama:
1. Keberlangsungan finansial
2. Kepuasan orang tua
3. Mencapai keluarga sakinah mawadah waromah barokah

Aamiin.
Yeay.

Apa kabar Cut off?

Pas empat bulan. Pas the last cutoff yang sebenarnya. Pas, jika aku tidak memutuskan untuk berakselerasi. Aku sudah terbebas dari cut off empat bulan terakhir. Aku sudah terbebas dari sahabat BU yang suka ngrusuhi.

Gam, katanya abis nikah g mau lembur lagi. Kog kamu masih lembur sih. Kan udah g ada aku yang nemenin lembur. Hah... ya mau gimana ya Gam? Nasib orang sekabupaten ada di tangan besimu. Wkwkwk.

Hari ini tadi dapat video call gagal sinyal dari Jojo. Ternyata kalian masih lembur. Ya ampun Gam, Jo. Kangen banget sama kalian. Kangen banget kelelahan terus teriak teriak atau malah apatis g ada tenaga. Nyanyi nyanyi g jelas gitu. Yempun.. kangen sumpah.

Karena sinyal di Srumbung belum punya satelit sendiri, makanya susah. Abis ini Srumbung harus meluncurkan satelit sendiri demi kelangsungan komunikasi efektif antara kita, guys. Hha buat apa ya.

Udah aku baru selesai mandi kan. Masih kerudungan handuk. Dan video call berakhir dengan sendirinya.

Hal yang membuat aku tenang adalah di samping mu Gam, ada Bagus dan Jojo yang setia nemenin kamu. Yang kayaknya dua orang itu dulu rajin pulang awal juga. Alhamdulillah, Jojo sendiri aja sudah bisa jadi penghiburan terbaik kita. Apalagi ditambah dengan Bagus. Pasti jadi kuadrat penghiburan. Aku kangen tingkah konyol mereka. Kangen banget. Tapi kalau udah barengan sama mereka aku sebel. Tapi kangen juga. Ih..

Walau capek. Walau lelah. Walau sudah masa bodo. Ada sedikit moment berharga saat hari hari crowded kayak gini tiba. Bukan cutoff BU lagi yang bikin gempar. Tapi cuttoff kabupaten. Semangat ya Gam. Semoga saja kita bisa jadi PNS seutuhnya. Haha. Apalah kata orang orang diluar sana yang tidak merasakan menjadi kita, yang malah memilih jadi ibu rumah tangga dan seorang PNS selow.

Semoga.

Hujan tahun ini September

September 2017

Sepertinya dulu aku pernah punya hari sedih di bulan september. Jaman alay dulu. Setiap tgl 27 September. Wkwkwk. Aku bahkan lupa pasal apa yang menjadi sebab ada hari sedih ini. Tapi aku ingat siapa yang menjadi sebab musababnya. Yang rindunya sederas hujan sore ini. Eaaaa..

Siapa yang mengaku suka hujan?
Aku?
Emh..
Aku suka.
Hujan menyambungkan doaku, membawanya kelangit melalui rintik rintik hujan.
Hujan menghapus amarah dengan dingin dan syahdunya.
Hujan menyanyikan nada nada alam rintik tak beraturannya.

Yang menyenangkan saat hujan?
Tidur..
Merenung.
Berdoa.
Aku lebih suka duduk di balik jendela. Melihat rintiknya yang perlahan menggelap dan menerang. Saat rintik mulai perlahan menjadi lebat kemudian menjadi terang. Nah, saat itu aku berdoa agar aku bisa dipertemukan denganmu segera.
Hal menyenangkan lain adalah, saat hujan lebat aku berdiam diri di Mardhiyah berdoa hingga hujan reda.
Kalau sampai rumah terus tarik selimut. Kaki dan tangan sudah kedinginan. Hahah

Saat hujan. Rumput rumput mulai hijau lagi. Pohon pohon yang gugur mulai bertunas lagi. Kali kali kering mulai memainkan gemercik air lagi. Tanah kering berdebu mulai basah dan hitam lagi.
Tapi..
Aku tidak bisa melihat langit biru dan matahari kuningnya. Aku tidak bisa melihat keindahan sunset dan sunrisenya. Aku bahkan tidak bisa mengajakmu berpetualang mendaki gunung menuruni lembah. Kita tidak mungkin menerjang hujan.
Ah.. tapi aku rindu sangat pergi jauh dan bahagia.

Hujan.
Syahdu.

Duduk di pojokan perpustakaan tidak untuk belajar atau apa, hanya untuk menikmati bersahajanya hujan dalam kesunyian yang tak sunyi.

Menunggu hujan.
Berteman butir waktu berpayung langit mendung. Akhirnya yang tiba cinta. (168-monita)

Begitu sih harapku.

Senin, 25 September 2017

Berhenti mengenang

"Ya iyalah" begitu katamu.
Aku sudah tak ingat sempurna wajahnya, tapi aku masih jelas mendengar suaranya.

Aku Noona. Aku adalah orang yang mampu mengingat seseorang walau lama tak berjumpa. Aku adalah orang yang selalu menyapa orang orang dahulu karena merasa tidak asing. Mungkin kadang aku terlalu nekat. Mungkin kadang mereka bahkan tidak ingat siapa aku. Tapi bagiku mereka adalah teman yang memang harus selalu aku ingat.

Pun begitu dengan dirimu. Sudah berapa tahun kita tidak bertemu. Tapi suaramu jelas masih terdengar sanyup di telingaku. Aku sudah lupa persis mukamu.

Aku baru saja bertemu dengan orang yang memiliki suara persis sepertimu. Bahkan caranya tertawa. Dan aku membencinya. Saat aku bisa mendengar suaramu tapi aku tak bisa melihat ragamu. Aku benci.

Bisa apa aku yang terlalu merindukanmu, tapi takdir tak pernah lagi mempertemukan kita.
Kalau bisa aku ingin lupa semua tentangmu. Tak bisa. Kau sudah menjadi berharga untuk dilupakan begitu saja.

-fin-
Boleh berhenti sejenak mengenang tapi jangan lupa untuk kembali berjalan, atau kau harus bekerja keras untuk berlari mengejar yang lain.

Minggu, 24 September 2017

Tak semudah menunggu hujan reda.

Aku Kinkin. Cewek setengah tomboy setengah feminin. Aku dari kecil merasa sekuat anak laki laki. Aku merasa mampu mengerjakan apa yang anak laki laki kerjakan. Kecuali main layangan. Sampai sekarang aku tidak tahu rumus menerbangkan layangan. Tapi kalau masalah manjat pohon jambu, manjat genteng aku tidak kalah. Mencari ikan di kali, berlari dan berjalan lebih jauh. Aku pun bisa.

Aku lima bersaudara dan itu cewek semua. Aku dari kecil suka bergaya di depan cermin. Mematut matut baju dan sendal hak tinggi milik kakak kakakku. Berharap bisa cepat menjadi remaja kala itu. Pun begitu aku tetap adalah cewek yang tak begitu pwduli dengan penampilan.

Di usia SMP aku malah suka memakai hal hal macho. Sekarang saja karena sudah beranjak dewasa aku harus mulai kembali feminin. Gincu dan bedak adalah hal yang tidak boleh tertinggal kemanapun.

Aku anak bungsu, manja, tidak mau kalah. Kakak kakakku bisa ikut les bela diri, bisa naik gunung, bisa berpetualang. Waktu itu aku masil terlalu kecil untuk mengikuti jejak mereka. Padahal aku tahu, aku ingin seperti mereka.

Aku suka berpetualang. Aku suka menjelajah. Aku suka berjalan jauh. Melelahkan diri. Aku suka berjalan dan menikmati hembusan angin.
Aku berlagak kuat. Tapi aku masih tetap cewek lemah yang ringkih.

Aku suka menikmati matahari terbenam dengan warna abu jingganya. Aku suka matahari terbit dengan warna kuning birunya. Aku suka berada di puncak melihat kebawah, kesekeliling, seperti aku bisa melihat seluruh pulau. Aku suka memandangi bulan dan bintang, mengaguminya hingga terlelap takjub.

Ketika aku harus berhenti menemui hal hal tersebut. Ketika aku harus mengakhiri petualangan yang baru saja aku mulai. Sedih.

Aku Kinkin. Cewek lemah yang sok kuat. Ingin berjalan lebih jauh tapi tak bisa lagi.
Karena dia dan mereka sudah memiliki urusan masing masing.

-fin-

Carilah teman sebanyak banyaknya. Jangan lepaskan mereka. Karena mencari teman tak semudah menunggu hujan reda.

Jumat, 22 September 2017

Terjebak kenangan.

Hallo.
Gue Zi. Cewek yang mudah kejebak sama kenangan. Cewek yang susah melupakan moment moment tertentu. Gue bukan penderita PTSD. Gue g pernah trauma sama masalalu gue. Sepertinya begitu. Tapi entahlah, alam bawah sadarku sepertinya lebih tau.

Gue udah sering merasakan perpisahan dan pertemuan. Gue dulu susah akrab sama orang. Kalau sekarang gue bisa sok akrab sama siapa saja asal mood gue lagi baik. Atau sama orang orang yang entah gimana bisa bikin mood jelek gue jadi baik. Gue pro banget tuh sama orang orang kayak gitu. Orang asing yang kadang SKSD.

Gue pendiem sama orang yang pendiem. Gue rame sama orang yang rame. Tapi kalau udah kenal akrab, gue rame g peduli temen gue diem apa rame. Mungkin kurang perhatian aja gue, makanya gue suka make some noise every where. Bodo amat, yekan?

Dari pada membayangkan masa depan yang g jelas, gue lebih suka membuka buka lagi memori. Buku diary. Photo photo lama. Blog g jelas gue. Sampai modul kuliah pun. Kalau udah asyik gitu kan, gue suka kembali ke masa lalu. Gimana perasaan saat itu. Gimana ekspresi orang orang di sekitar gue. Gimana suasana saat itu. Tidak begitu detail. Tapi berasa nyata banget buat gue.

Gue sempurna banget kejebak masa lalu. Apalagi sama orang orang yang lama g ketemu. Seperti sama Bapak gue sendiri.
Seingat gue waktu sakit tipus. Gue waktu itu kelas 9. Udah mau ujian nasional. Lemes. G berangkat sekolah. Minta dibawa ke puskesmas sama Bapak. Dan gue harus cek darah. Waktu itu di suntik adalah hal mengerikan di hidup gue. Gue jarang memeluk Bapak. Tapi karena saat itu gue takut. Gue peluk Bapak. Masih berasa pelukannya. Masih berasa aroma baunya. Masih berasa dengan sempurna.

Bodohnya gue adalah gue bisa terjebak masa lalu tapi hape di tangan bisa lupa ditaruh di sembarangan tempat. Mungki gue terlalu sibuk mengenang masa lalu jadi lupa sama apa yang terjadi sekarang.

Mungkin gue terlalu fokus pada lelaki masa lalu hingga tak peduli dengan lelaki masa sekarang yang jelas ada di depan mata.

-fin-
Kalian taukan inti dari intro g jelas itu? Kalimat terakhir. Ya... mari fokus dengan dia yang sekarang ada. Yekan?

Bukankah kita beruntung?

Hallo.
Aku Luckie. Seorang gadis yang beruntung. Dua puluh lima tahun sudah aku hidup dan menikmati semua keindahan dunia. Aku seorang perawat. Hidupku selalu lancar. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Aku bisa mengeyam pendidikan sesuai rencanaku. Aku bekerja di tempat yang sesuai seperti perkiraanku.

Aku bekerja di sebuah RS pemerintah pusat. Rumah sakit berstandar internasional, rujukan nasional. Banyak aku temui orang orang kuat di tempat aku kerja. Banyak aku berpikir, begitu banyak nikmat yang Tuhan berikan pada kita yang sehat.

Pun begitu, aku bukanlah manusia sempurna. Aku juga pernah sakit. Di rawat di rumah sakit. Di infus. Gagal di infus pun aku pernah merasakan seperti apa rasanya. Skin test yang rasanya perih itu aku pernah rasakan.

Begitu banyak hal yang bisa aku syukuri dari tempat aku bekerja. Aku masih di beri kesempatan untuk sehat. Memiliki banyak waktu di rumah bersama keluarga. Waktu untuk berpetualang bersama teman. Waktu untuk makan apa saja yang aku mau. Waktu untuk tertawa dan berkeluh kesah bersama teman. Tubuh segar dan bebas bergerak.

Bukankah aku begitu beruntung hidup di dunia ini?

Aku pernah jatuh terpuruk. Seperti tidak ada gunanya lagi aku untuk hidup. Mwmbayangkan masa depan yang tidak tahu seperti apa. Aku khawatir. Aku tidak bisa tunbuh tua seperti orang orang di luar sana. Aku pun hanya gadis sakit sakitan yang kadang lupa keterbatasan tubuh. Membiarkannya terforsir kelelahan. Kadang aku lupa, hingga menekan fungsi tubuh ini semaksimal mungkin. Hingga mungkin aku mulai jatuh sakit.

Aku tahu. Aku tak sekuat orang orang di tempat kerjaku. Aku tahu. Apa yang aku rasakan tak seberat apa yang harus mereka rasakan. Kehilangan kebebasan. Kehilangan harga diri. Kehilangan harta. Kehilangan teman. Kehilangan keluarga. Kehilangan apa yang dibanggakan. Malu. Terpuruk.

Tapi mereka mampu bangkit lagi. Tersenyum. Dan terus melangkah untuk tetap hidup dan bermanfaat bagi orang lain. Bertahan hidup walau rasanya akan dijalani lebih sulit. Tapi mereka bisa.

Bukankah aku beruntung hidup di dunia ini?

Bila waktuku pun tiba. Aku telah merasakan 25 tahun hidup dan menikmati keindahan dunia. Aku pernah berpetualang. Aku pernah tertawa bersama teman temanku.
Bila waktuku pun tiba. Aku sudah sejauh ini berjalan. Bermain. Belajar. Berlari. Menjadi manja. Menjadi nakal. Menjadi berguna. Menjadi apa yang bisa aku raih.

Banyak anak anak di tempat kerjaku, harus berjuang dari bahkan mereka baru lahir. Mereka seperti terlahir untuk berjuang dengan jarum dan zat beracun itu. Mereka seperti lahir memang untuk merasakan pesakitan itu. Mereka bahkan tak bisa bebas bermain, apalagi untuk berlari merasakan angin. Tak bisa.

Aku banyak belajar dari anak anak itu. Mereka bertahan dari bayi hinga dewasa. Bertahan dengan prosedur yang kadang terasa menyakitkan atau bahkan sudah mati rasa di kulit mereka. Belasan tahun. Puluhan tahun, mereka bertahan hidup.

Tak semudah yang aku rasakan.
Bukankah aku beruntung hidup di dunia ini?
Dua puluh lima tahun sempurnaku. Sedih. Senang. Canda tawa. Berbaur jadi satu. Aku pun harus kuat seperti mereka.
Aku pun harus kuat.

Aku Luckie. Gadis yang berutung.

Kita tak pernah tahu akan seperti apa akhir kita di dunia ini.
Bukankah kita beruntung terlahir di dunia ini?

-fin-

Sabtu, 09 September 2017

Bapakmu juga Bapakku

Sudah hampir empat bulan berlalu. Aku sudah tidak lagi bisa bertemu dengan mereka dan denganmu. Aku sudah tidak lagi bisa cerita dengan mereka dan denganmu.
Aku harus memulai lagi masa sulit. Aku harus kembali membangun mimpi dari awal yang mungkin dulu sudah seperempat jalan. Tapi aku malah harus mundur setengah lebih kebelakang. Merangkak lagi jauh di belakang garis start. Berharap di tengah perjalanan aku bertemu denganmu. Eh. Tapi sudah tidak mungkin bisa. Harapku sudah lenyap. Jadi mungkin ada orang lain yang akan menggantikanmu.
Rindu.
Ah.. aku selalu terjebak sempurna dengan masa lalu. Ya, sebelum aku benar benar melupakan masa masa itu. Bisa saja aku lupa. Tapi tidak untuk melupakan mereka. Orang orang yang sudah datang dan pergi. Atau orang orang yang sudah aku tinggalkan.
Mungkin semua sudah lupa. Ini sudah hampir 4 bulan berlalu. Sudah tidak ada lagi pertanyaan "dimana?". Semua sudah terbiasa. Ada yang kembali tidak kenal. Ada yang malah menjadi teman. Ada yang menjadi teman kemudian terpaksa harus berakhir menjadi orang asing lagi. Seandainya kamu tahu, aku sedih. Salahku, pikirku begitu. Sehingga kau memilih untuk banyak diam dari pada ceramah seperti dulu.
Ya sudahlah.. anggap saja aku setuju dengan jalan pikirmu. Walau sejujurnya tidak sama sekali. Bahkan aku malah semakin ingin bisa banyak bercerita denganmu. Ah sudahlah. Inti dari cerita kali ini bukan kau.
Setelah sekian ratus hari aku lalui dengan rutinitas baru. Dengan segala hal yang harus mulai kupelajari dan kuingat ingat lagi dari awal. Dengan mereka orang lama dan baru aku kenal. Dengan segala cerita duka ceria yang mereka bagi.
Kadang aku lelah. Kemudian rindu sebelum aku disini. Aku bosan pada pertanyaan mereka "kenapa?". Biar aku simpan sendiri saja alasan itu. Daripada mereka malah menambah nambahi pikiran yang tak benar. Aku sudah memilih. Dan aku tau ada resiko dan apapun itu.
Untung saja aku memiliki saudara di sini. Saudara yang malah aku kurangajari. Saudara yang tak sengaja bertemu. Saudara yang tiba tiba saja akrab. Saudara yang entah bagaimana bisa menjadi saudara. Hai Om, karena anda saya kadang merasa aman dan semakin seenakwudele dewe. Hha.
Dan juga pendistraksi ulungku di masa dulu ketika kebosanan menyerang. Sungguh bisa langsung merubah mood. Pak Gik dan Pak Bams. Namanya juga bapak bapak senior. Ngemong banget. Udah aku anggap kayak bapakku sendiri. Sungguh.
Tiba tiba kan kangen sama dua bapak itu. Tapi entah bagaimana bisa bertemu terus guyonan lagi. Kalau dulu sih, bapak bapakku ini pasti datang menemuiku sebulan sekali. Sekarang? Bagaimana ya. Hha.
Kalau diingat ingat takdir Allah itu indah ya. Dari ketidaksengajaan Pak Gik yang tiba tiba di.RO.ni aku. Siapa sangka bapak satu itu baik banget. Bahkan saat beliau sudah pindah divisi, aku sudah pindah kerja, bapak masih saja menyempatkan setiap bulan menanyakan kabarku. Bapak masih saja menawarkan main ke tempat kerjanya. Bapak masih saja tanya kapan aku nikah. Bapak ada stock cowok g ya pak? Hha. Itu hal kecil yang beliau lakukan. Tapi aku sungguh merasa beruntung. Pak, terimakasih.
Duh pak, saya nangis nih nulisnya keingat almarhum bapak saya.
Pak Bams. Bapak satu ini juga baik banget. Bahkan sebelum kami menyadari bahwa bapak adalah ayah dari temen sekolahku. Humoris. Kata anaknya bapak g akan pernah menua karena selalu membuat tawa pada kami. Kalau sama pak Bams ini, walau saat datang bukan sama aku pasti ngajak bercanda aku. Kalau aku pas g ada selalu tanya dimana.
Aku g tahu bagaimana banyolan beliau selalu bisa membuat aku tertawa. Dan sempurna merubah moodku menjadi cerah. Beliau selalu aku nantikan datangnya. Benar benar bisa menjadi cermin bagi aku yang dulu tidak pernah peduli untuk menjadi cermin bagi orang lain.
Karena pak Bams adalah bapaknya Arda otomatis kan pak, njenengan juga jadi bapakku. Keramahan bapak sungguh luar biasa. Aku merasa diperhatikan oleh bapakku sendiri. Bahkan mau dibikinkan makanan. Menururku itu hal istimewa, pak. Sungguh. Aku akan datang pak. Datang kerumah bapak, sekalian ajak teman teman arda yang lain. Hha.
Apa boleh aku membandingkanmu dengan 2 bapak itu? Yang masih mau menyambutku dengan tangan lapangnya. Apa boleh aku membandingkanmu dengan 2 bapak itu? Yang tak perlu suatu alasan untuk tetap bisa saling menyapa. Apa boleh aku membandingkanmu dengan 2 bapak itu? Yang masih mau berbagi cerita walau hanya sesaat.
Jujur. Aku benar merindukan kalian. Benar. Tapi, hari ini aku telah menemukan 2 orang tua bagiku dan seorang teman yang mungkin hilang. Dan itu kamu.
-fin-