RSS

Jumat, 30 September 2016

Dan September pun Berakhir

Wholaaaaa...
Aku pulang larut lagi, tapi tak selarut kemarin. Pulang paling malam kita. Akhir bulan yang sangat emezing. Semoga kita masih baik-baik saja hingga penghujung tahun ini ya.
Hari terakhir September. Harusnya kita ceria secerianya. Ini terakhir lho. Eh tapi gajian dimajuin tanggal 1. Akhir bulan tak seceria bulan-bulan lalu. Haha. Kreditan kasur udah nunggu dilunasin mak. Setor arisan nyari-nyari receh. Arisan receh. Hha.
Iya. Hari ini selow kog antriannya. Emh... tapi kerjaannya nggak selow sih. Pagi berubah sendu, padahal pelukis langit nggak terburu-buru. Pagi ini dia bawa warna kuning dan biru. Cerah.
Formasi loket nggak lengkap. Dhani di bawah. Tinggal aku, Gama, Bayu. Dhita sudah nggak lagi ngurusin loket, dia dibelakang. Jojo sepertinya tadi pagi dia duduk bentar sebelum pergi. Siangnya kita berubah jadi tukang potokopian dadakan. Kerjaannya cetak-lipat-ngeklip-ngecap. Ribuan kertas berhamburan. Enggak berhamburan juga sih. Hha.
Saking embuhnya kita. Aku nyetak 1522 kertas. Gama yang lagi emoh mikir milih ngecap. Jojo yang capek milihin kertas ikut ngecap sama Gama. Giliran Dhita yang milihan kertas. Bayu lagi rekon sama mbak BU. Sebelumnya mbak BU ini mau rekon kan, terus dia heboh di telpon orang. Disuruh ke alfamak buat bayar. Ngakunya dari polisi karena sodaranya nabrak anak. Eh.. kita yang nggak ngeh, malah merasa aneh sama mbaknya. Lha mbaknya panik trus tiba-tiba pergi gitu ajah. Terindikasi kena penipuan, kesaksian Jojo. Beberapa saat kemudia mbaknya balik lagi cerita kena tipu. Utung belum dibayar. Akhirnya lanjut menikmati rekon bareng Bayu.
Hahaha. Semakin sore semakin gila. Capek. Gama sama Jojo malah lomba ngecap kertas. Siapa kalah beliin eskrim maknum. Iya logat Srumbung emang gini Jo, nggak usah ketawa gitu. Hahah. Konyol. Jojo kalah. Kalah dari master Gama.
Habis itu kan capek penat bergelut dengan kertas ribuan lembar. Emang rada dilebaykan. Terus kan aku, Gama, dan Jojo the king of Jo(ke) kita turun ke mushola. Kita udah kayak triple kepret kemana-mana bertiga dengan ketua master Gama. Aku mah cuma kepretan kertas. Ketawa terus bertiga gara-gara Jojo koplak. Ketawa sampai guling-guling. Perut melilit. Eh.
Sorenya kita nangkring di angkringan depan. Jojo udah ngidam emie rebus. Aku sama Gama perlu asupan kopi. Udah capek badan dan mata ini bang. Ngertiin kita dong bang (omong sama tukang angkringan. Hhha). Saking seringnya nangkring samapai diapalin sama tukang angkringannya. Es gudde. Biasanya Dhani yang seneng ngopi, dianya atit peyut.
Setelah kita tertawa bersama di hari terakhir September ini. Tinggalah Aku sama Gama yang masih bergumul dengan kertas. Ditemenin Dhani bentar. Masih ada Angga dipojokan yang sibuk ngitung duit. Ada mbak Dien yang ngrekap di belakang. Tanganku dan Gama udah item kena tinta kertas. Ngitungin kertas seribu lebih coy.
Capek.. tubuh ini capek banget. Ngantuk. Mata ini bahkan udah pengen merem, mantengin layar dari pagi.
Gudnyus. Besok kita piknik. InsyaAllah.
Welcome inktober #1.

Jumat, 23 September 2016

Di puncak , Dago Bandung

Hari pertama perjalanan di Bandung.
Perencanaan transportasi yang bisa dibilang fail membuat kita susah bergerak keliling kota bandung. Dengan segala pertimbangan akhirnya rental motor dengan yah sudahlah. Tapi karena kita ada berlima. Miko. Mei. Yance. Gita. Aku. Dan motornya cuma dua. Hem.. jadi cabecabean bandung. Cenglu kemana-mana. Yah gimana lagi.
Pagi kita sarapan di.. emh bukan, disini nggak ada burjo yang menjamur kayak di Jogja. Warung makan biasa di dekat kost Miko. Kemudian aku, Gita, dan Yance nungguin Mei Miko minjem motor. Dan tanpa perencanaan, yang penting keluar biar nggak sia-sia sampai Bandung.
Keliling Bandung. Mampir bentar di foodcourt atau apa ya tempat maem di deket ITB. Terus lanjut ke taman yang di pinggir sungai, iya itu. Aku lupa namanya. Hha. Pas jalan di jembatan Aku sama Mei di cegat sama mas fotografer. Sebenenrnya kita mau nolak tapi nggak enak memotong orang bicara kita dengerin aja. Nah, setelah selesai menjelaskan kita bilang aja "sudah bawa kamera". Masnya eh Aaknya juga bilang "yah nggak bilang dari tadi". Yah aa' jangan nerocos aja dong ah.
Terus kitanya duduk di pendopo yang ada di taman. Si Yance langsung rebahan ajah. Oh iya Yance ini hobi dan kegiatannya cuma ada 2. Makan dan tidur, udah.
Matahari mulai naik. Bandung mulai panas banget. Kitanya udah poto poto bentar lanjut ke rumah mode. Hem... seperti ini ya. Rumah mode itu kayak mall eh hem.. mungkin kalau di Jogja tuh kayak mirota batik, tapi lebih luas, yg dijual baju, tas dan sepatu juga souvenir. Banyak yang jual makanannya juga. Tempatnya nyaman. Dan banyak kolamnya, yang dimana kolam itu banyak ikan koinya yang besar-besar. Anak-anak pasti pada suka. Kalau kamu ngasih remah-remah roti, semua ikan akan berkumpul. Apik.
Setelah lelah dari rumah mode, kita duduk. Bergumul dengan rencana selanjutnya yang tidak mungkin dilanjutkan dengan formasi cabecabean Bandung. No.no. Harapan kita ada di temannya Miko. Si Bapak. Tapi si Bapaknya baru bisa malem. Ya udah balik kost aja tidur.
Dan sampai kost semua rebahan dan terlelap. Aku.. enggak deh, aku nggak tidur, memanfaatkan jaringan 4G yang nggak ada di kota Srumbung. Iya, Srumbung itu kota, udah ah anggap aja gitu. Hha.
Sebentar aku mulai pengen tidur juga eh, sama Mei dioprak-oprak. Jam setengah tujuh kita go out dari kost. Rencana mau ke bukit bintang. Kali ini aku yang di depan boncengin Gita.
Dan karena penglihatan dan navigasiku di malam hari buruk, kita terpisah dari si bapak leader rombongan malam ini. Aku sama Gita udah pasang GPS. Kita ke arah Dago.
Ngikutin si Bapak kog nggak singkron sama GPS. Sebagai pendatang yang baik kita ikutin tuan rumah ajah. Iya aku emang lambat naik motornya, terus digantiin Gita. Yokatta~~~
Sampai sudah nanjak banget di jalan yang embuh. Seingetku menuju resort di daerah Dago. Dan ketika kita sudah menthok, jalan buntu, tidak ada bukit bintang disitu. Eh dibelakang kita ada mobil yang juga nyasar. Oke berarti mungkin dulu-dulunya disitu memang pernah ada bukit bintang. Kita balik lagi.
Karena sudah lapar, kita putuskan makan. Nah kita berhenti tuh di Congo. Belum juga duduk, baru parkir, kog kayaknya waiting list ya. Ya udah deh pindah. Kita ikutin si Bapak yang masih nggak singkron sama GPS. Karena lapar kita stop di aku lupa. Tapi lagi kita cuma parkir. Udah. Kita melaju lagi di jalanan Dago. Kali ini si Bapak akhirnya singkron sama GPS kita. Aku sama Gita sampai bilang "Git,ini nanti kalau mereka puter balik lagi kita ngikutin GPS aja yah". Di GPS bilang bukit bintang tinggal 3 menit lagi, tapi eh si Bapak parkir lagi. Hem...  semoga bener. Kita akhirnya makan di Cocorico. Dinner gitu ceritanya. Kita berlima ditambah dua temennya Miko. Viewnya bagus, kayak bukit bintang di Jogja. Tapi ada view soklenya dari kota. Hha, sokle. Lampu yang di pasar malam itu lho. Di Cocorico ada live musicnya, romantis banget buat ngedate. Sama siapa neng?
Menghabiskan makanan kita turun ke kota. Jalan Asia Afrika. Rame banget pada malam mingguan. Pas disana habis ada bazar UMKM. Disana banyak hantu berkeliaran, ada congki juga valak. Aku lagi nggak berani liat mereka, jalannya jadi merem. Hha. Ada beberapa cosplayer juga buat foto-foto. Ada captain amerika, iron man sampai kamen rider. Yah, kayak di km 0 di Jogja.
Pas udah lelah kita balik. Ada Bapak pake peci pake jas dasian. Jalannya cepet ada yang ngikutin. Aku jalan sama Gita, yang lain masih di belakang. Terus ada obrolan absurd aku sama Gita.
G : eh itu pak Ridwan Kamil
A : ah apa iya?
G: apa itu cuma cosplay
A: (iya deh itu si Bapak walikota hits itu)Iya kayaknya itu cuma cosplay Git. Mirip banget ya.
G : iya
Sambil ngobrol gitu jalan kita tambah jadi jalan cepat ngikutin pak Ridwan. Wahahaha. Tapi si Bapak lebih cepet, ya udah dari pada hilang dari rombongan kita berhenti.
Balik ke kost. Besok kita masih berpetualang.
Di pendopo salah satu sudut taman di kota Bandung
Merenungi karena nggak bawa apa-apa dari Rumah Mode
Bukit bintang, dari lotengnya Cocorico 
Padatnya Asia Afrika di malam mimggu
Add caption

Naik ke puncak, Lodge Maribaya Bandung

Hari kedua.
Kami memutuskan ke Lembang. Pertama Maribaya.
Formasi kita udah ganti lagi. Tetap dengan kita berlima ditambah temennya Gita. Jadi Gita sama temennya. Mei sama Miko. Aku sama Yance. Sebagai seorang yang selalu bilang nggak berani naik motor di jalanan naik turun pegunungan, akhirnya pertama kali aku harus bisa. Dengan kekagokan naik turun jalanan berkelok sampai ada mobil ampir mundur, gigi masih masuk 2, mau dilorot 1 takut akunya yang mundur. Haha. Kata Yance dia sampai nahan napas. Ce harusnya pake jurus meringankan tubuh aja dari pada aku suruh dorong. Dengan laju yang lambat akhirnya bisa juga. Hha.
Beruntung kita berangkat dari kost jam 8, jalan Dago masih lumayan sepi. Nggak kena macet. Sampai Maribaya, loketnya belum buka. Terus poto-poto dulu di pinggir jurang dengan view hutan pinus di pengunungan. Seger banget. Akhirnya anak gunung bisa naik pegunungan lagi.
Yang lagi hitz di Maribaya kataya sih tendanya. Ups tapi itu private camping aja yang bisa masuk ke yang ada tendanya. Terus kalau kamu pengen hits di insta, bisalah kamu ambil gambar dengan angle yang menarik. Ada ayunan yang kayak kamu ayunan di atas jurang. Atau naik sepeda kayak beruang sirkus dengan background hutan pinus. Bagus. Tapi aku sih enggak. Hha.
Memandangi orang yang lagi pada poto hits di lodge maribaya
Sally, eh Sanny upon the hill. Merumput sebelum Idul adha
Menikmati keindahan
Formasi lengkap @ Begonia park
Masihkah kau melihatku?
Add caption
Kuda putihnya ada, Pangerannya mana?

Jumat, 09 September 2016

Perjalanan ke Barat

September ceria.
Begitu aku berharap hari hari bulan ini ceria. Ya walaupun memang ada beberapa hal yang justru membuat my whole life so blue. Blue banget sampai mungkin navy. Hha. Apalagi yang tidak diharapkan malah muncul. Wollaaaa, aku kaget trus mrebes mili. Macak nangis. Eh hha.
Reguduk rencana libur lebaran telah disusun. Lebaran haji. Eh tapi aktivitas di kantor masih saja kemriyek ramai. Alhasil dengan rencana yang sudah di rancang bahkan saat september belum datang, sung cus ke stasiun. Kita liburaaaaaaaaaan.

Eh tapi, ah udahlah. Ntar aku galau mulu ceritanya.
Now. Aku duduk di gerbong 1 kursi 12d kereta ekonomi kahuripan. Dari stasiun lempuyangan ke stasiun kiaracondong. Harusnya sih aku dapat kursi 11d tapi karena didepanku ada seorang nenek dan cucunya yang kalau membelakangi arah laju pusing, nenek itu minta tukeran kursi. Tidak masalah mbah, yang penting saya bisa duduk dan nggak ketinggalan rombongan. Hha.
Aku suka naik kereta. Kereta ini salah satu transportasi favorit, iya padahal aku baru 5kali ini sih. Bahkan liat rel kereta saja sudah kegirangan hha, kelakuan anak kecil. Sayangnya perjalanannya malam, jadi aku nggak bisa liat pemandangan luar.
Weeeyyy. Kita sampai di stasiun wates. Stasiun wates. Mbak dari mikrofon ngomong. Aawww aku merasa amazing, ini perjalanan naik kereta terjauhku. Hha.
Suara mesin menderu..
Potongan rel bergesek bergemerincing.
Pertemuan roda dan rel mengalun lembut.

"Hey.. tentu saja aku juga pengen jadi pengusaha hebat. Mendirikan cafe di dekat stasiun. Kemudian di sore hari saat senja melengkung kau menikmati kopi sambil memandang ular besi meliuk perlahan berhenti di stasiun.
Lihat.. so romantic kan?
Jangan memujiku, jika kau akhirnya pergi juga. Hush.. "

Monolog di dalam kereta.
Random sekali yah.
Gomen. Gomen. Gomen. Gomen. Gomen ne. Onichan. Gomen. Gomen. Gomen. Neechan. 😢😭

Aku sudah mulai menguap. Padahal ini baru jam 19.40. Tapi tadi pagi aku bangun jam 02.00 packing untuk perjalanan malam ini. Mataku sudah mrebes mili. Aku menguap sana sini. Hha.

Aku masih ingin menikmati perjalanan ini. 😪😪😪😪😪😪😪😪😪

Rabu, 07 September 2016

Bye MIU

Hari ini aku menangis sehabis pulang kerja. Miu sudah kaku di depan kandangnya. Sudah kesekian kali aku kehilangan kucingku. 
Kehilangan Aoi tidak bisa membuatku sedih, aku tahu dia jantan yang kuat. Walau entah dimana sekarang dia. Menyisakan Moe dan Miu. Tapi, Miu sudah mati. Moe memanggil-manggil anaknya yang sudah kaku. 😭😒😭
Aku... aku yang mungkin paling nggak rela Miu mati. Kucing betina yang belun genap 1 bulan itu pergi selamanya.

Miu menjadi alasanku menangis saat aku ingin menangisi hal lain. Dan saat yang lain itu harusnya mampu menghancurkan bendungan mataku, dia sudah kering.
Untuk bisa menerimanya, sungguh aku butuh waktu tak sebentar. Untuk bisa menerima kehilangan ini. Mungkin aku orang pertama dari mereka yang kau beri tahu. Aku tidak pernah marah dengan kabar ini, aku hanya sungguh merasa sedih dan kehilangan. Jauh-jauh hari kau memberitahuku, aku harus siap jika memang semua akan mendengarnya. Aku juga harus merasakan kebahagiaan itu. Tanpa terpaksa. Aku memutuskan untuk menjauh. Sejauh yang bisa aku lakukan. Maaf jika doaku tak sebaik doa mereka. Karena mungkin lebih baik aku diam. Diam.
πŸ˜ΆπŸ€πŸ˜”πŸ˜ŸπŸ˜“πŸ˜’πŸ˜­πŸ˜­πŸ˜‘πŸ˜ 

Sabtu, 03 September 2016

Keep in touch

Sudah berapa tahun kita tak berjumpa? Owh iya, belum ada setengah tahun ya. Tapi kita kog sudah mulai malas berkomunikasi bareng ya. Kog kita terlalu sungkan sama masing-masing kita ya. Kog kita harus merasa sungkan menanyakan banyak hal. Kog kita merasa malas membalas perhatian antara kita.
Aku ingin tahu. Bagaimana kabar kalian? Apa kalian benar baik-baik saja. Aku sih nggak begitu baik. Apalagi sudah nggak ada kalian sebagai tempat distraksi. Gimana kalian bisa buat kita semua menertawakan diri kita masing-masing.
Kita pernah marah satu sama lain. Kita pernah rindu satu sama lain. Kita pernah muak satu sama lain. Kita pernah terganggu satu sama lain.
Aku hanya mencoba untuk bisa selalu terhubung dengan kita. Walau benang penghubung ini lama-lama mungkin memudar. Aku mencoba untuk tetap memberi warna pada benang yang menghubungkan kita. Tapi... jika hanya aku, untuk apa ada kita.
Apa kita sudah bukan kita lagi. Apakah kita sudah menjadi hanya aku, aku, aku, aku dan aku. 
Jika hanya aku yang mewarnainya. Apakah kita masih akan menjadi kita bahkan 10 tahun lagi. Aku tak ingin kita menjadi asing.

Aku hanya mencoba keep in touch saja.