RSS

Minggu, 22 September 2013

balada mahasiswa antar kota antar propinsi

Semester ini, ah ya sama saja seperti semester-semester yang lalu. Jadwal kuliah? jangan terlalu diharapkan. Masih sama saja seperti tahun-tahun yang lalu. Hey! masak sih tidak ada perubahan yang bermakna selama hidup di kampus ini. Sama saja. Dan kami para mahasiswa/i sudah terlanjur menerima apa adanya dengan penuh keterpaksaan. Ini demi mendapat gelar sarjana.

okey. 
Bagaimana dengan hari ini? ya, aku mendapatkan hari yang booooooooooooooooooooooooo. tiba-tiba tidak jelas sama sekali.

Aku masih tertidur, tadi malam gagal nonton acara di kampus sebelah yang bintang tamunya Everyday, Sri Plecit, The Kandang, dan Jono Terbakar. Aku sudah berniat melihatnya, tapi hanya sampai tari saman doang. Sampai rumah, rebus mie hidupin tv, tari saman lagi yang saya lihat. Aku tidak tahu ada apa dengan tari saman itu. Aku gagal menikmati acara itu. Aku hanyalah mahasiswa antar kota antar propinsi yang tidak berani pulang jika hari sudah gelap. Dan lagi, jalan pulangku harus melewati kuburan. Beberapa minggu yang lalu, Kakakku kesetanan, eh, iya merasa sudah melihat permen sugus (baca: pocong).

Sampai di polisi tidur kedua, aku mencoba mengegas motorku dengan kecepatan penuh. Beberapa meter lagi itu ada kuburan. Jalannya gelap, kanan kiri hanya ada pepohonan dan sawah-sawah. Aku langsung menbaca ayat kursi. Tidak hanya di dalam hati, tapi lumayan rada teriak, biar setannya enggak deket-deket aku atau berani menampakkan wujudnya.

Beberapa kilometer telah dilalui dan akhirnya sampai rumah. Kemudian tidur ditemani televisi yang masih menyala. Tapi tetep udah di timer dong, 1 jam. 

Pagi ini agak tenang karena pengumuman hari jumat kemarin mengatakan bahwasanya hari ini masuk jam 1 siang. Aku bisa tidur lebih lama. Bangun siang tidak terlalu masalah, tadi malam juga tidurnya terlalu larut sih. Belum sempet tidur sampai siangan dikit, HP udah bergetar kemana-mana. SMS, Telepon, Aku sudah merasa jadi orang penting saja. Padahal itu tidak benar.
Masih ada SMS tugas untuk hari ini. Ya ampun. Telepon teman yang minta diizinin gara-gara melancong membawa nama kampus tercinta. Aku berdoa agar dia mendapat juara. amiin. SMS tentang jadwal hari ini. SMS tentang jadwal hari berikutnya. Sampai ada yang telepon privat number membuat aku terpaksa bangun dari ranjang tidurku. 

"Hallo!" Aku mengangkat telepon dengan mata masih enggan terbuka, mencoba mengatur suara agar tidak ketahuan masih tidur. 
"Hallo." suara diseberang sana. tapi tidak begitu jelas dan kemudian terdiam beberapa saat.
"Iya. Hallo?" aku kembali mencoba memancingnya agar lebih berbasa-basi lagi. ah, suara di seberang sana tak terdengar, hanya terdiam untuk beberapa detik. Dan, langsung saja aku pencet untuk memutus sambungan telepon tidak jelas itu.

Aku mencoba merebahkan badanku lagi, tapi aku sudah tidak bisa tertidur lagi. Aku menuju depan tv lagi. menonton acara tv pagi yang full musik lagi. Mau jadi apa anak pemalas seperti ini. ckckckckckck.
Aku keluar halaman, mengambil air dan menyirami tanaman di depan rumah. Kemudian membersihkan sela-sela tanaman dari rontoknya dedaunan musim gugur a.k.a musim kemarau. Aku menyapu halaman rumah dari rontoknya daun tadi. Kesambet apa anak ini bisa sedikit rajin. ckckckckck
(woiiiiii, sepertinya aku setidakpantas itu menjadi anak lebih rajin,) 
zubora ichiban : kemalasan adalah nomor satu. PLAK.

Aku masuk ke kamar, mengecek HP lagi. Dan aku mendapati 2 pesan sudah bertengger disana. 

Ada kuliah jam 10, dosennya Bpk. H. tolong infokan ke teman-teman

Ya ampun, jam 10????? katanya. Ini SMS dikirimnya tuh jam 09.30.  Hey, jangan bercanda. Aku masih kumal disini. Jarak rumah kampus ditempuh 30-45 menit, mandi 10 menit lah, belum dandan, belum manasin motor, belum macet dijalan, belum lagi apalah. Tidak mungkin aku bisa tepat waktu. Tapi nanti masih ada kuliah jam 1, jadi ya tidak apa-apalah aku berangkat sekarang.
Akhirnya aku berangkat jam 10 dari rumah. Jalanan hari ini begitu panas dan berdebu. Aku melaju secepat yang aku bisa. Bukan rezeki saya hari ini, di samping  monumen ada razia motor. Surat-surat kendaraan ada dong, SIM juga ada. Masalahnya antrian kendaraannya panjang banget. Untung saja dengan kecerdikanku menyempil-nyempil, menyalip-nyalip akhirnya tidak teralalu lama. Saya lolos, karena saya pengendara yang tertib (kalau pas inget).

Sampai kampus parkiran semua sudah penuh. Taruhlah motor sembarangan yang penting dekat motor yang lain. Jam menunjukkan pukul 11. Kuliah sudah berlangsung 1 jam, lebih baik aku nongkrong online. Aku buka HP (lagi), dan ada SMS (lagi). Semakin labil saja jadwal kuliah.

eh, jangan berangkat dulu. Jam 1 kayaknya kosong deh

oh Tuhan..... apa-apaan ini semua. Untuk apa aku berangkat. Untuk apa Tuhan, kalau tidak ada kuliah jam 1. Lebih baik mengatur siasat membeli petasan satu kontener untuk mengebom kampus tercinta (lho?). Jangan tiru pikiran jahat ini dirumah, hanya bercanda. Tapi aku kecewa sekali. huhuhu T.T
Beberapa saat kemudian ada SMS jam 1 isi, trus jam 1 kosong, jam 1 isi, jam 1 kosog, jam 1 isi, jam 1 kosong. ISI ADALAH KOSOSNG, KOSOSNG ADALAH ISI. (mendadak filsuf).

Pada akhirnya jam 1 KOSOOOOOOOONGGGGGGG!!!!!!!!!!

Disini saat aku duduk menatap kelayar lapto. Saat aku tolehkan wajahku mendongak lurus kedepan.
"Eh, ada dr.C." batinku sambil kembali menunduk pura-pura tidak melihat. Bagaimana tidak, aku belum konsultasi skripsi sebulan lebih. Ibu dr.C yang baik, maafkan mahasiswamu ini. Untuk bertemu lagi aku merasa canggung. uhuk.

Begitulah beratnya menjadi mahasiswa antar propinsi dengan begitu banyak rintangan.
Perjelas Jadwalmu wahai kampus, Perjelas jadwalmu wahai dosen tercinta.
SELESAIKAN SKRIPSI wahai mahasiswa (yang terpenting)

eh diralat jam 1 isi.
(ah aku tidak perduli lagi apakah isi atau kosong sejatinya itu sama saja *filsuf yang butuh terapi)




Jumat, 20 September 2013

Lebih Rapuh

Kita terlahir sama seperti yang lain.
Penuh dengan harapan
Penuh dengan cita-cita
Penuh dengan impian.
Sama seperti mereka..

Kita memiliki waktu yang sama
Kita diberi keadilan oleh Tuhan
Kita diberikan sesuatu yang mereka dapat pula

Tapi kesempatan kita berbeda dengan sebagian mereka, saudaraku.
Kesempatan kita berbeda..
Kita memiliki kesempatan lebih besar dari mereka
Beberapa kali lebih besar..

Jaga jiwa kita, jaga hati-hati..
Biarlah fisik ini tersakiti,
Tapi jaga baik-baik jiwa ini..
Pasang dinding tebal melingkupi jiwa ini.
Karena kesempatan kita berbeda.
Karena jiwa kita lebih rapuh dari sebagian mereka
Karena jiwa kita lebih rapuh..

Jaga jiwa rapuh ini,,
Jaga dengan baik.

Minggu, 15 September 2013

dia nyata untuk ku

Hari ini seperti biasa. Agenda harianku, pergi bersama Aaron. Kami suka pergi ke taman kota, ke toko buku, ke perpustakaan kota, ke caffe baca pinggir stasiun atau ke kota tua. Setiap hari sama, selalu sama. Aku habiskan hari-hariku bersama Aaron. Aaron adalah lelaki yang sangat baik. Sosok sempurna, yang pasti bisa membuat orang lain iri melihatku bisa bersama Aaron. Aku sangat  bersyukur bisa bertemu Aaron. Hidupku berubah menjadi amat sangat sempurna. Sekarang aku tak lagi menangis, aku tak lagi bersedih. Aaron selalu ada untukku dan selalu menghiburku.
Aku dan Aaron memutuskan pergi ke caffe baca pinggir stasiun. Disana kami bisa membaca sepuasnya sambil memakan hidangan yang caffe sediakan. Dan aku bisa melihat lalu lalang kereta api sambil tersenyum riang. Aku suka melihat ular besi itu melaju diatas rel.
Jika ada lelaki yang tahan dengan wanita cengeng, itulah Aaron. Jika ada lelaki yang tahan dengan wanita cerewet, itulah Aaron. Jika ada lelaki yang tahan menghadapi wanita moody, itulah Aaron. Jika ada lelaki yang paling romantis, itulah Aaron. Jika ada lelaki yang bisa tahu keinginan wanita, itulah Aaron. Benar-benar sempurna.
Palang pintu perlintasan rel kereta api sore itu berbunyi. Melarang keras orang-orang untuk melintas, menahan mereka untuk bersabar berdiam. Aku duduk bersama Aaron di lantai 2 caffe baca. Melihat ke luar dinding kaca, melihat kereta api yang akan memasuki stasiun. Moment yang tak pernah bisa membuatku bosan.
“Serius amat sih liatnya.” Aaron menggodaku
“Sssstttttt.” Aku mencoba menyuruhnya diam
Aaron kemudian terdiam tak berani mengangguku lagi. Meneruskan membaca novel detectifnya yang kemarin masih membuatnya penasaran.
Jika bisa digambarkan, mungkin mataku saat ini berbinar-binar bercahaya. Merasa kagum dengan mesin ciptaan manusia yang satu itu. Setelah kereta api itu melaju meninggalkan stasiun, aku kembali mengalihkan pandanganku ke Aaron.
“Serius amat sih bacanya.” Aku balas menggoda Aaron.
Aaron menandai halaman novelnya, kemudian berhenti membaca. “lebih serius lagi kalau lagi ngobrol ama kamu.” Aaron tersenyum, tangannya mengacak rambutku.
“Ihh, jangan berantakin rambutku dong.” Aku mengambil kaca di tasku. “tuh kan jadi jelek.” Aku merapikan rambutku lagi.
“Biar aja jelek, biar enggak ada yang mau sama kamu. Biar kamu Cuma buat aku aja.” Aaron merayu lagi.
Aku tertawa terbahak, merasa lucu dengan perkataan Aaron tadi. Dia selalu bisa membuat aku merasa bahagia. Ya, Aaron memang sempurna.
****
Hari ini aku dan Aaron pergi ke taman kota. Tempat yang sejuk untuk melepas lelah setelah beraktivitas. Tidak lupa kami membawa bekal makanan yang banyak. Acara hari ini semi-piknik. Dari rumah aku sudah memasak beberapa makanan kesukaan Aaron yang juga makanan kesukaanku. Aku memang tidak pandai memasak, tapi Aaron selalu memuji masakanku. Aku menjadi lebiih bersemangat belajar memasak.
Aaron menjemputku tepat waktu. Tepat di depan rumah. Aaron memang selalu datang tepat waktu, tidak pernah lebih atau kurang. Kami melaju dengan mobilku menuju taman kota.
Taman terlihat lengang, tidak terlalu banyak orang disini. Karena hari ini bukan weekend. Kami menggelar tikar di bawah pohon menghadap ke danau buatan di tengah taman kota. Menyiapkan makanan-makanan. Kami juga membawa beberapa novel untuk dibaca. Novel Aaron adalah novel detektif, dan novelku adalah novel romantis.
Kami duduk berdua. Bercanda setiap saat.
Aaron mengambil batu disebelahnya. “Nih.” Dia mengulurkan batu itu kepadaku.
“Buat apa?” aku bertanya penasaran.
“Buat ngukur seberapa dalam danau itu.”
“Ah enggak ada gunanya. Kurang kerjaan.” Aku menolaknya.
Kemudian Aaron melemparnya ke danau itu. “Kamu lihat? Dalem kan?” dia bertanya kepadaku
“Iya.” Aku mengangguk.
“Danau ini memang dalam, tapi cintaku padamu lebih dalam lagi.” Aaron tersenyum.
Aku menahan tawaku dengan mulutku yang sudah sempurna menutupi mulutku agar tidak terbahak. “Kamu tu ya, gombal banget sih.” Aku tersenyum tersipu. “Tapi itu tadi lucu banget, sumpah.” Aku masih menahan tawaku.
Ada tangan yang menepuk punggungku.
“Hey.” Suara itu tepat dibelakangku. Aku menoleh. “Kamu sama siapa, Nan? Sendiri aja?”
Aku melihat sekar dibelakangku.
“Aku?” aku tiba-tiba tergagap.
“Sama siapa?” sekar kembali bertanya.
Aku melihat ke arah Aaron. Dia sudah tidak ada. Aaron pergi entah kemana.
“Iya, aku sendiri.” Aku tersenyum.
“Aku lihat tadi kamu ketawa-ketawa sendiri.” Sekar melirik ke arah novel yang aku pegang. “Hem, kebiasaan lama nih. Novel lagi ya?”
Aku hanya bisa mengangguk. Kalaupun menjawab aku akan bilang kalau yang membuat aku tertawa tadi adlah Aaron, tapi Aaron tiba-tiba menghilang.
“Boleh aku duduk disini?” sekar mendekatiku duduk.
“Iya, silakan.” Aku mempersilakan sekar duduk.
Kami ngobrol beberapa jam. Membicarakan masa lalu kami dulu waktu masih SMA. Hari-hari yang menyenangkan memang, tapi tak semenyenangkan saat ini bersama Aaron.
Sampai aku selesai, sampai aku bersiap pulang bersama sekar, Aaron tidka muncul juga. Aku sedikit merasa aneh. Aku merasa Aaron tidak  suka jika aku dekat-dekat dengan orang lain bahkan temanku sendiri, Sekar.
***
Banyak yang bilang, aku menjauh dari orang-orang. Mereka melihatku lebih suka menyendiri. Padahal selama ini aku tidak pernah menyendiri. Aku selalu bersama Aaron. Kenapa aku tidak mau bergabung dengan teman-temanku atau orang lain, itu karena Aaron akan tiba-tiba menghilang. Aaron tidak suka aku bersama orang lain. Sedangkan aku, aku tidak bisa tanpa Aaron. Aaron yang bisa membuatku lebih nyaman dan tenang. Dia yang bisa membuatku tersenyum dan tertawa.
Mereka bilang aku suka tersenyum dan tertawa sendiri tanpa sebab. Padahal selama ini aku selalu tersenyum dan tertawa dihadapan Aaron. Hanya Aaron saja yang bisa membuatku bahagia. Aku tidak peduli kata orang-orang. Aku suka bersama Aaron.


>>>>>
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia).

Sabtu, 14 September 2013

Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu sindrom dari karakteristik yang tidak diketahui penyebabnya oleh gangguan pada kognitif, emosi, persepsi, proses berpikir dan perilaku (Sadock & Sadock, 2010). Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak presisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memposes informasi, hubungan interpersonal serta memecahkan masalah (Stuart, 2007). Skizofrenia adalah penyakit neurobiologikal otak yang serius dan menetap. Skizofren sebuah sindrom klinik psikopatologi yang sangat menganggu dan mengakibatkan gangguan pada kehidupan seseorang, yaitu keluarga dan komunitas/ masyarakat (Stuart & Laraia, 2005).


>>>>>
Stuart, G. W., Laraia, M. T. (2005) Principles and Practice of Psychiatic Nursing, Eighth edition. Elsevier Mosby
Stuart, G. W. (2007) Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC