RSS

Jumat, 07 Juni 2013

Jumpa on the Road


panas terik membasuh kota. Lalu lalang kendaraan tak pernah sepi, malah semakin padat merayap di hari yg terik ini.
Disini tampak lengang. hanya beberaap orang terlihat lalu lalang, ada yang duduk santai di bawah pohon berteduh. Matahari bersinar begitu terik, awan pun menjauh, membuat keteduhan barada di bawah pohon atau ruangan ber-AC.
Aku kembali lagi keruangan ini. Duduk disinggasanaku, bangku favoritku. Baru aku putuskan kemarin lusa ini menjadi singgasanaku. Ya disini aku bersebrangan dengan dokter muda itu. Kemarin lusa. Tapi sekarang tidak terlihat sosok dokter muda itu. Aku letakkan barang-barangku di atas meja, lalu aku pergi menghampiri rak besi disamping singgasanaku. Mengambil buku, beberapa buku yang tebal dan tidak pernah ku mengerti dengan baik tulisan dibalik sampulnya. Duduk tepekur menghadap buku raksasa. Hanya membolak-balik halamannya saja, setelah itu tutup sampul. Hingga bel peringatan terdengar. Tempat ini akan ditutup. Aku bergegas membereskan barangku dan keluar.
Ah ya, hari ini begitu terik, tak apa kan 'ngadem' dulu. Aku melaju ke salah satu ATM, masuk dan merasakan hembusan AC. Segar. Hingga tak sadar sudah ada beberapa oanrg mengantri untuk 'ngadem' juga. Bukan. Bukan 'ngadem' tpi mengambil uang karena dompet makin menipis. Aku keluar. Astaga panasnya hari ini. Fyuh. Berjalan di bawah pohon sedikit meredamnya.

Di taman terlihat beberapa anak sedang 'ngadem' juga dibawah pohon. Aku menghampiri mereka. Kmudian ikut duduk dan mendengarkan dengam seksama pembicaraan mereka, kadang-kadang ikut senyum atau tertawa jika lucu, atau menanggapinya. sekedar untuk mengakrabkan diri dengan teman kuliah.
Sebentar lagi matahari akan benar-benar tepat bertengger diatas kepala. Akhirnya aku putuskan untuk pulang. Ah ya, ini musim hujan tapi seperti kemarau. Dan sudah biasa hujan akan turun menurut jadwalnya tepat waktu dhuhur tiba. Aku bergegas menuju parkiran. Langsung melaju kejalanan berbaur dengan yang lainnya merasakan panas dan polusi.

Aku melihat ke arah salah satu pengendara motor. Yofi. Itu Yofi, tepat sudah dugaanku, aku terlalu hafal mati ciri-ciri orang itu. Seperti dia juga hafal mati ciri-ciriku. Sudah beberapa kali kami selalu berpapasan dijalanan. Sekedar bilang ''hai'' kemudian tancap gas masing-masing. Atau ngobrol sebentar di jalanan yang kadang mbuat sewot pengendara yang lain ''loe pikir ini jalan nenek loe!''. Ah, aku tidak peduli.
''Yofi. Hahahaha. Anak itu. Aku selalu hafal kalau itu dia.'' Aku bergumam dalam masker penutup hidung dan mulutku, masih melihat Yofi di antara kendaraan lain. ''kenapa kesempatan berpapasan dengan badai tidak seperti melempar bola kedinding juga sih, kayak kesempatan ketemu Yofi.'' aku mengkal dengan semua kebetulan ini. Kebetulan berpapasan dengan Yofi, kenapa bukan dengan badai. Astaga, aku merindukan sesosok Badai. Badai. Yang bahkan tidak bisa kuhafal dengan baik ciri-cirinyanya sekarang. Yang bahkan aku hampir lupa wajahnya seperti apa.
''Bukankah perasaan yg terpendam itu doa? Aku berharap bisa bertemu Badai'' gumamku lagi dibalik masker penutup mulut dan hidungku. Kemudian dibalik masker itu ada sebuah senyum lebar, yakin pasti harapanku akan terwujud.

*Mencuplik beberapa kata Karang- moga bunda disayang Allah.tere liye.

0 komentar:

Posting Komentar