RSS

Selasa, 18 Juni 2013

Mirip

Tempat ini mulai sepi perlahan-lahan, walau sebenarnya tidak pernah sepi kecuali malam hari. Langit cerah telah meredup sedikit demi sedikit, matahari tertutup oleh awan mendung. Mendung yang bukan berarti hujan. Aku melangkahkan kaki ku menuju kendaraan teristimewaku. Kemudian aku melaju ke tempat lain, tidak jauh dari tempat semulaku.
Ramai orang-orang, disini juga tidak pernah sepi. Banyak orang berseragam putih-putih berlalu lalang. Mereka terlihat lelah dan penat, namun mereka masih bisa tersenyum. Akankah kelak aku bisa seperti mereka. Aku parkirkan motorku sembarangan, yang penting dekat kendaraan lain. Langit masih saja bermuram durja.
Aku lewati lorong berkelok ini. Menyenangkan. Melewatinya membuatku merasa ada di taman hiburan, ini seperti wahana di taman hiburan. Mungkin hanya aku yang merasa begitu, biarlah. Lorong ini berakhir di sebuah gedung. Gedung yang digunakan untuk parkir di lantai dasar hingga lantai 3, dan lantai 4 sebagai tempat pertemuan. Ya, aku menuju lantai 4. Aku naiki tangga yang langsung menghadap ke tempat yang aku tuju. Disinipun ramai, tapi entahlah sepertinya disini tidak biasa ramai. Di pojok terdengar sekumpulan orang-orang membicarakan sesuatu berbau medis. Acuhkan.
Aku memasuki ruangan ini lagi. Setelah kemarin lusa datang bersama sahabatku. Sekarang aku disini sendiri, aku kira sih begitu. Aku buka pintunya, dan dibalik meja panjang melengkung duduk ibu penjaga yang selalu setia setiap hari disana. Aku raih pulpen dan buku kunjungan, tidak lupa melemparkan senyum pada ibu penjaga.
Oh, ternyata hari ini ada yang datang ke ruanagn ini juga. Aku berjalan menuju bangku yang paling dekat dengan rak kayu itu. Singgasanaku. Aku ambil setumpuk buku. Kemudian seperti biasanya aku bolak-balik lembar demi lembar berharap mendapat suatu tulisan yang aku cari. Nihil. Aku tidak mendapatkan apa-apa. Aku masih saja membolak-balik, siapa tahu aku melewatkan halaman yang lain.
Bapak-bapak dengan baju batik dan yang lain dengan jas putih itu, terlihat asyik mengerjakan sesuatu yang tidak aku mengerti. Abaikan. Ah, tidak bisa, aku tidak bisa mengabaikannya. Aku dongakkan sesekali pandanganku ke sekumpulan bapak-bapak itu, berusaha memahami apa yang mereka lakukan. Penasaran. Mereka menggunting, menempel, memasukkan kedalam plastik, mirip pelajaran waktu TK.
Ruangan pengap ini, yang lebih sering sepi, dengan jendela buramnya, dan rak-rak tuanya, dan buku-buku tuanya pula. Menyenangkan berada disini. Sekumpulan bapak-bapak didepanku perlahan-lahan pergi satu persatu. Menyisakan seorang bapak dengan jas putihnya, mengerjakan hastakarya itu sendiri. Berkeluh dengan orang dibalik telepon genggamnya.
Aku tersenyum, “Lihatlah bapak itu, udah mirip seseorang” Batinku. Aku masih sok mebuka-buka bukuku dan mendengar apa-apa yang dikatakan bapak itu. Hingga bapak terakhir itu berlalu, dan aku beranjak dari singgasanaku. Berjalan riang, walau aku tidak mendapatkan yang aku cari. Kecewa, sedikit.
Aku jinjing tasku, keluar ruangan tanpa lupa memberikan senyum ke ibu penjaga. Aku lewati lorong wahana itu lagi, dan masih sama menyenangkannya. Langit kelam mulai pergi, siluet senja menghiasi. Orange langit seperti jeruk siantang, manis sekali. Sungguh indah.

Jumat, 14 Juni 2013

Jumpa Kembali


''ya Allah, pertemukan aku dengan dia tahun ini, sekali saja ya Allah. Please!'' kututup doa ku kali ini dengan harapan bisa bertemu dia sebelum tahun ini berganti. Ini sudah bulan desember. Sepertinya mustahil bertemu dia tahun ini.
Pagi ini cerah, walau ini musim hujan. Ocehan burung-burung telah terdengar sedari matahari menampakkan siluetnya dibalik dedaunan. Didalam rumah telah ribut semua menyiapkan diri, ponakan ribut ke sekolah, kakak ribut siap-siap, dan aku masih santai. Hari ini aku libur.
''hari ini kamu pergi ke kampus, Sa?'' kakak bertanya berharap mendapat jawaban tidak.
''iya.'' jawabku seadanya, malas.
''ini kan libur. Kurang kerjaan bgt sih. Berangkat jam berapa?''
''ah biarin, jam 11 mungkin.''
sama saja, aku masih bermalas-malasaan. Duduk, bangkit, berjalan kemudian berlarian bersama kedua kucingku. Dan, membantu meracik masakan untuk hari ini.
Asap mengepul dari beberapa dapur rumah. Wanginya sampai membuat iri tetangga yg lain. Menebak-nebak masakan tetangga. Matahari mulai beranjak lebih tinggi, kehangatannya meningkat mendekati panas. Aku bersiap melaju ke jalanan. Helm, jaket, tutup mulut, sarung tangan, sepatu plus kaos kaki, kacamata. Semua siap menghadapi hari yang terik ini.
Tak pernah beda pagi ataupun rada pagi. Jalanan selalu penuh dengan mesin-mesin berjalan itu. Sesak. Pembangunan jalan dimana-mana. Tambah sesak. Selip sana sini. Hari ini aku merasa muak dengan jalanan ini. Sesak. Sungguh benar-benar sesak.
Sampailah aku disini. Tempat yang sepi saat libur seperti ini. Perpus pusat. Entahlah, mungkin aku akhir-akhir ini kena sindrom yang aneh.
Sepi. Hanya beberapa orang yang ada disana, asyik dengan buku dan mesin pencari mereka. Tampak serius tapi juga ada yang bercanda dengan temannya. Ya, aku disini, bangunan kaca 6 lantai dengan segala kemewahan didalamnya. Tetap saja terlihat lenggang walau ini mewah.
Aku duduk di dekat pintu kaca, asyik dimejaku, membolak-balik majalah. Sesekali memainkan hapeku. Apa yg sebenarnya aku lakukan disini?
Tak sempat pertanyaan itu terjawab. Muncul sesosok dari balik pintu kaca. Aku dongakkan wajahku ke atas.
''Hei'' org itu menyapaku. Biasa.
''Eh, hei'' seketika berdegup kencang jantungku.
''Ngapain disini, sa?'' org itu bertanya padaku
''Emh,. Main doank kog. Kamu?''
''Aku mau cari materi buat laporan''
''Owh'' aku jawab singkat, tak bisa lagi berkata-kata.
Orang itu. Sungguh berubah, 2 tahun, aku bertahan 2 tahun dan kini aku bertemu dengannya.
''Allah kabulkan.'' bisikku dalam hati, senyum kecil mengembang dibibirku.

Selasa, 11 Juni 2013

AMBIGU part 2

ara dan kiko semakit mendekati sekolah, terlihat dari jarak 500m pak satpam mau menutup gerbang sekolah.. 
Kiko: ''hah? Ara ayow cepat, keburu di tutup gerbangny'' (menepuk pundak Ara) 
Ara: ''baiklah,, cepat pegangan, yg ini kecepatan penuh'' 
Kiko: ''hwaaaaaaaaaaa'' 

Akhirnya bisa melewati gerbang dg baik. 
Sampailah mereka di parkiran sepeda. 
Kiko : (dalam hati) ''hah, dua kali mimpi ku hri ini hrus berakhir'' 
Ara: ''kau tidak mau turun?, dasar gadis lambat'' 
Kiko: (emosi mata membara) ''hiaaaaaaaaaa (menendang ara) jgn mengataiku gadis lambat'' 
Kiko meninggalkan ara dengan emosi tanpa mengucapkan terimakasih stlh dibonceng smpai sekolah. 
Ara: ''dasar gadis itu, ckckckckck. Berterimakasih pun enggak'' (ara tersenyum) 

Pelajaran berakhir, waktunya anak2 beristirahat. Kiko memutuskan untuk berjalan2 ke luar. 
Kiko: ''hah, Ara,, aaarrgghh.. Aku Salah,, knp tdi aku kasar pada dia'' (kiko menggerutu sendiri) 
Tiba2 dari belakang muncul sesosok laki2. 
Pukkk.. 
Kiko: ''hah?'' (kiko kaget) 
Shikamaru : ''aku lihat sepertinya kamu sedang kesal'' (tersenyum manis) 
Kiko: ''hehehe, shikamaru senpai'' 
shikamaru: ''oh ya bgaimana dg kabar kuropee?'' 
Kiko: ''sudah baikan'' (kiko tersenyum) ''kemarin aku begitu khawatir, tpi setelah aku rawat dia sudah berlari2 lagi'' 
shikamaru: (didalam hati) ''gadis ini begitu jujur n tulus'' 
Kiko: ''mulai sekarg aku akan merawat kuropee dg baik'' 
Shikamaru: ''baguslah'' (mengusap2 kepala kiko) 
Mereka berdua terlihat akrab, semenjak percakapan di awal tahun lalu., kebetulan, hanya karena kiko mencoret2 papan tulis dg gambar kuropee. 

Dilain tempat ternyata ami dan satou melihat kiko dan shikamaru senpai. Mereka berdua menemui inoran. 
Ami: ''ino.chan, kami melihat mereka berdua lagi. Ini tdk bs dibiarkan lama2 mereka bs jadian'' 
satou: ''ia, harusnya kan shikamaru senpai dengan ino.chan'' 
Inoran: (tersenyum) ''biarkan saja, aku akan tetap menunggu pangeran shikamaru datang kepadaku sendiri'' 

Satou: ''aku tdk bs melihat ino.chan sperti tadi'' 
Ami: ''ia, aku jg, sbg teman yg baik kt harus mbantunya'' 
Mereka akhirnya merencanakan kembali penggencetan yg ke dua. 
Hoahahahahahahahaha. *plak* 
Saat pulang sekolah mereka mencegat kiko di depan kelas. 
Ami: ''hei anak lambat, ikut kami'' (memegang tangan kiko dengan paksa) 
Kiko: ''heh? Apa2an ini, lepaskan aku'' (kiko mencoba melepaskan tangannya) 
Satou: ''berisik ikut kami'' (mendorong kiko dri belakang) 
Sampai dibelakang sekolah, lagi2 dengan alasan yg tidak diketahui kiko, mereka marah-marah tidak jelas. 
Ami: ''kmu tidak kapok ya? hrus brp kali lgi kami peringatkan?'' (memojokkan kiko)

Jumat, 07 Juni 2013

Jumpa on the Road


panas terik membasuh kota. Lalu lalang kendaraan tak pernah sepi, malah semakin padat merayap di hari yg terik ini.
Disini tampak lengang. hanya beberaap orang terlihat lalu lalang, ada yang duduk santai di bawah pohon berteduh. Matahari bersinar begitu terik, awan pun menjauh, membuat keteduhan barada di bawah pohon atau ruangan ber-AC.
Aku kembali lagi keruangan ini. Duduk disinggasanaku, bangku favoritku. Baru aku putuskan kemarin lusa ini menjadi singgasanaku. Ya disini aku bersebrangan dengan dokter muda itu. Kemarin lusa. Tapi sekarang tidak terlihat sosok dokter muda itu. Aku letakkan barang-barangku di atas meja, lalu aku pergi menghampiri rak besi disamping singgasanaku. Mengambil buku, beberapa buku yang tebal dan tidak pernah ku mengerti dengan baik tulisan dibalik sampulnya. Duduk tepekur menghadap buku raksasa. Hanya membolak-balik halamannya saja, setelah itu tutup sampul. Hingga bel peringatan terdengar. Tempat ini akan ditutup. Aku bergegas membereskan barangku dan keluar.
Ah ya, hari ini begitu terik, tak apa kan 'ngadem' dulu. Aku melaju ke salah satu ATM, masuk dan merasakan hembusan AC. Segar. Hingga tak sadar sudah ada beberapa oanrg mengantri untuk 'ngadem' juga. Bukan. Bukan 'ngadem' tpi mengambil uang karena dompet makin menipis. Aku keluar. Astaga panasnya hari ini. Fyuh. Berjalan di bawah pohon sedikit meredamnya.

Di taman terlihat beberapa anak sedang 'ngadem' juga dibawah pohon. Aku menghampiri mereka. Kmudian ikut duduk dan mendengarkan dengam seksama pembicaraan mereka, kadang-kadang ikut senyum atau tertawa jika lucu, atau menanggapinya. sekedar untuk mengakrabkan diri dengan teman kuliah.
Sebentar lagi matahari akan benar-benar tepat bertengger diatas kepala. Akhirnya aku putuskan untuk pulang. Ah ya, ini musim hujan tapi seperti kemarau. Dan sudah biasa hujan akan turun menurut jadwalnya tepat waktu dhuhur tiba. Aku bergegas menuju parkiran. Langsung melaju kejalanan berbaur dengan yang lainnya merasakan panas dan polusi.

Aku melihat ke arah salah satu pengendara motor. Yofi. Itu Yofi, tepat sudah dugaanku, aku terlalu hafal mati ciri-ciri orang itu. Seperti dia juga hafal mati ciri-ciriku. Sudah beberapa kali kami selalu berpapasan dijalanan. Sekedar bilang ''hai'' kemudian tancap gas masing-masing. Atau ngobrol sebentar di jalanan yang kadang mbuat sewot pengendara yang lain ''loe pikir ini jalan nenek loe!''. Ah, aku tidak peduli.
''Yofi. Hahahaha. Anak itu. Aku selalu hafal kalau itu dia.'' Aku bergumam dalam masker penutup hidung dan mulutku, masih melihat Yofi di antara kendaraan lain. ''kenapa kesempatan berpapasan dengan badai tidak seperti melempar bola kedinding juga sih, kayak kesempatan ketemu Yofi.'' aku mengkal dengan semua kebetulan ini. Kebetulan berpapasan dengan Yofi, kenapa bukan dengan badai. Astaga, aku merindukan sesosok Badai. Badai. Yang bahkan tidak bisa kuhafal dengan baik ciri-cirinyanya sekarang. Yang bahkan aku hampir lupa wajahnya seperti apa.
''Bukankah perasaan yg terpendam itu doa? Aku berharap bisa bertemu Badai'' gumamku lagi dibalik masker penutup mulut dan hidungku. Kemudian dibalik masker itu ada sebuah senyum lebar, yakin pasti harapanku akan terwujud.

*Mencuplik beberapa kata Karang- moga bunda disayang Allah.tere liye.