RSS

Sabtu, 19 Mei 2018

Ramadhan ke 5 tanpa Beliau

Rasanya baru kemarin ramadhan ke 2 tanpamu, pak. Ternyata aku sudah melewatkan banyak waktu tanpamu. Lima tahun ini pula ramadhanku terlalu beraneka ragam. Hingga mungkin aku lupa waktu berlalu begitu saja.

Ramadhan pertama tanpamu itu saat aku KKN. Ya.. teman teman telah berhasil mendistraksinya. Aku harus tinggal dengan orang orang baru yang belum baik aku kenal. Aku harus adaptasi dengan lingkungan yang begitu asing. Aku tak beradaptasi dengan baik, pak. Aku masih bisa pulang ke rumah sesuka hatiku. Ah.. Srumbung Moyudan terlalu dekat untuk memisahkan suasana rumah. Tentu saja aku meninggalkan kebiasaan Ramadhan sebelumnya. Untung ada Uugh bidan pintar masak yang bisa membuat betah tinggal di Moyudan. Ada Nada Arkeolog petualang yang bisa jadi hiburan dan teman ketawa. Dan pada akhirnya dia memberikan tas carrier gunung dan jaketnya untukku. Sayang Nad, sudah g ada yang bisa diandalkan untuk berpetualang. Ada Seli psikolog cantik idaman anak kampung setempat. Dia yang mengajari kita menari. Hha. Ngakak juga ya kalau ingat. Juga ada yang lainnya, pak. Suatu ketika aku ingin kembali ke Moyudan. Aku terpesona oleh sunsetnya yang tenggelam di balik bukit barisan menoreh. Juga hamparan padi menghijau dan kuning membaur jadi satu. Juga pohon kelapa yang menjulang di pinggir pinggir selokan. Dan... hal yang tak harus aku rindukan.

Ramadhan pertama tanpamu aku di Moyudan, pak.

Tahun kedua. Ramadhan kedua tanpamu, pak. Aku tak dirumah lagi. Saat itu aku sedang tiba tiba menjadi anak paling melow di dunia. Begitu menurutku. Aku sering mengingatmu pak. Aku meratapi nasibku. Iya, aku sedang menjadi manusia lemah tapi tetap harus bangkit.
Blora. Ramadhan kedua tanpamu. Aku harus pergi sendiri ke Blora. Sudah ditinggalkan teman teman. Telat semiggu. Sampai sana aku belum benar benar sehat. Malah menyusahkan yang lainnya. Ah... aku kog jadi sedih ya mengenang masa itu.
Waktu itu aku tinggal bersama sebgaian teman teman di rumah pak Wo di kebonrejo. Disana susah air. Harus beli dulu untuk kebutuhan sehari hari. Menghemat air dengan sangat. Mandi sekali kecuali aku ya. Dan juga makanan khas mbah Wo. Kayaknya masih jelas banget rasanya.  Disana aku sering beli buah untuk masa pemulihanku. Ya ampun.. aku bener bener menyusahkan teman teman. Ada Mei, Aina, Kristi, Fay, Adhin dan Gaby. Mereka adalah anak anak hebat. Selepas selesai kuliahpun jenjang karier kami tak jauh jauh beda sampai sekarang. Empat orang sebentar lagi akan menjadi PNS.
Aku g tahu kenapa bisa ya. Kita yang dikirim ke blora dan pada akhirnya kita masih sama sama sampai sekarang. Mengabdi pada bangsa dan negara.
Iya.. kadang inin rasanya balik ke Blora, nengokin mbah Wo. Melihat posyandu yang sudah kita galakkan kembali. Melihat foto poster muka kita yang di cetak besar. Dan aku ingin bertemu mbah Jini. Tapi aku juga khawatir, jika pas sampai sana kabar yang tak kuharapkan datang dari mbah Jini. Apa kabar mbah? Terimakasih atas oleh olehnya.

Aku ingin kembali ke Blora suatu saat nanti bersamamu. Akan ku kenalkan keluargaku yang lainnya disana.

Ramadhan ketiga tanpamu, pak. Akhirnya tahun ketiga aku bisa Ramadhan di rumah, pak. Tapi dengan status pekerja. Masih suka lembur. Kadang g buka puasa di rumah. Malah pergi buka puasa sama temen kantor. Atau kalau pas lembur buka puasa di angkringan depan kantor.
Ibadah juga kadi g optimal. Kadang tarawih bareng di kantor di imami bang Dhan. Dan pastinya terlalu banyak acara buber dimana mana. Teman SMP, SMA, kuliah, temen kerja,  temen kkn yang wacana aja. Kalau pulang kerja biasanya tarawih di masjid udah selesai.
Ada Gama, ada Dhani, ada Bayu. Kami sekarang sudah menyebar kayak dragon ball dan susah dipersatukan kembali. Yaaaa kalau ingat kantor lama g cuma teman kerja aja yang keinget tapi juga peserta juga. Haaaaah.. mengingat yang tak harus diingat.
Tapi mungkin ramadhan terbahagia pak. Karena aku bisa ikut cuti bersama juga dapat THR. Pada masa ini anakmu pertama kali merasakan punya uang sendiri.

Aku tak harus jauh jauh kembali ke kantor lama jika rindu. Aku bisa kesana setiap hari. Setiap hari juga aku lewat medari. Terlalu sering juga aku main kesana. Jangan kalian suruh aku memutus hubungan dengan kalian. Karena kalian adalah teman pertama aku mengenal sebuah tanggungjawab dalam bekerja. Karena kalian adalah teman pertama berbagi beban kerja. Karena kalian teman aku bisa mengeluh bebas.

Ramadhan keempat tanpamu, pak. Aku masih di rumah pak. Aku masih di Srumbung. Tapi dengan suasana kerja yang berbeda. Dan juga intro bulan Ramadhan yang masih kadang bikin melow. Aaaah...
Aku telah memutuskan kerja di kantor lama. Memutuskan g dapat THR full padalah tinggal bentar aja. Merelakan konsekuensi yang tidak sedikit. Aku memutuskan untuk mencoba lingkungan baru. RSS. Masuk kerja enam hari. Libur hanya hari minggu. Jam kerja pagi hingga jam 14.30. Hari pertama Ramadhan bukannya buka di rumah malah nekat ngecamp di pantai terus buka alakadarnya. Sometimes i feel so stupid. Makan sahur alakadarnya juga. Jangan tanya siapa yang nyiapin sahur, tentu bukan saya. Uda belagak kayak princess punya koki pribadi. Terimakasih chef. Rasa nasi sarden dan mie gorengnya masih samar samar bisa dirasakan. Sampai beberapa hari aku tidak pernah buka puasa dirumah, pak. Masih sama, mendadak agenda buber sehari hari. Mendadak reuni dimana mana. Sama anak lama, sama anak baru.
Juga pertama kalinya aku merasakan Ramadhan jaga di rumah sakit. Pertama kalinya aku puasa dan harus wira wiri. Pertama kalinya melewatkan THR. Terimakasih sama kakakku yang ngasih THR. Yang selalu aku repotin, ampun mas. Aku masih ingat kog sama kamu, mas. Kakak terbaik serumahsakit.
Alhamdulillah pak, lebarannya tepat hari minggu. Aku bisa lebaran dirumah walai hanya 1 hari. Dan dimulailah tahun tahun lebaran tetap kerja pertama dan untuk waktu yang belum tahu sampai kapan.

Aku telah resmi memasuki tahun tahun tanpa lebaran di rumah pak. Mungkin begini cara Allah mendistraksi sedihku.

Ramadhan kelima tanpamu, pak. Aku tidak dirumah lagi. Hah. Rasanya aku sudah terbiasa dengan ruinitas ini. Aku sedang latsar di Salaman, Magelang. Dua setengah minggu puasa disana. Kuliah, tugas dan ujian menjadi stressor tersendiri bagiku pak, ditambah sama pertanyaan yang jangan ditanyakan dulu. Duh, satu satu dulu aku selesaikan. Aku g bisa mikir banyak banyak. G bisa mikirin tugas sama mikirin yang lain bersamaan. Sik tunggu sik. Tunggu sampai aku selesai ujian. Setelah itu nanti baru aku mulai dengan yang lain.
Ada mbak Nanda, yang pinter rajin. Ibu 3 anak yang sayang banget sama putri putrinya. Mbak Nanda diam diam observer gelagatku, sudahlah mbak jangan tanya. Cukup sudah aku di-ece sama mas Rofiq pas bela negara, katanya "g ada yang nengokin nih, kamar ini". Sedih dan ngakak juga kalau ingat.
Ada mbak Ayu yang sebenernya usianya beda tipis sama aku tapi sudah otw anak ke 2. Hpl bulan depan, semoga lancar ya kak. Semoga aku juga cepetan nyusul, cari calon bapaknya dulu tapi. 😅
Juga ada bapak bapak yang suka ngecein aku. Apalagi si mas Adit yang suka tak tebengi kalau PP Srumbung Salaman. Kalau semobil aku sendirian trus digabung 3 bapak bapak itu, ya sudah terima saja di bully. Iya pak iya.. doain aja ya.
Nanti acaranya di aula eh di lapangan belakang bapelkes. Hem.. insyaAllah, coming soon ya g nebeng lagi tapi sudah ada yang jemput. Biarkan aku selesaikan satu satu dulu. Setelah ini mohon bantuannya.

Pak, semoga anakmu ini bisa lulus latsar. Seandainya Bapak tahu, seandainya Bapak tahu sekarang pekerjaanku apa. Seandainya Bapak tahu status kepegawaianku sekarang apa. Mungkin aku tidak terlalu mengecewakanmu, Pak. Aku sudah sampai sejauh ini pak. Mengikuti setiap jejakmu.

Pak ini sudah Ramadhan kelima.
Sampai ketemu kelak di surga Pak.
Biarkan kami menyelesaikan amanah kami dulu di sini.

0 komentar:

Posting Komentar