RSS

Sabtu, 24 Februari 2018

Dear Bapak

Pak, bolehkah aku berandai andai?

Seadainya Bapak masih disini. Seandainya Bapak masih setiap pagi sibuk mengurusi ayam ayam. Seandainya Bapak masih setiap pagi duduk minum teh dan membaca koran. Seandainya Bapak masih setiap pagi menggaduhkan rumah dengan suara pintu kamar yang dibuka. Seandainya Bapak masih setiap pagi bersemangat bercerita tentang apapun. Seandainya Bapak masih setiap pagi pergi mengecek semua paralon air.

Pak, bolehkan aku berandai andai?

Seandainya Bapak setiap siang masih sibuk menulis apapun di dalam kamar. Seandainya Bapak masih setiap siang membaca apapun di dalam kamar. Seandainya Bapak setiap siang masih menggaduhkan dengan suara motor. Seandainya Bapak masih setiap siang membawa sayur untuk pakan ternak. Seandainya Bapak masih setiap siang tertidur di atas kursi ruang tamu.

Pak, bolehkah aku berandai andai?

Seandainya Bapak masih setiap malam mendengarkan radio wayang. Seandainya Bapaka masih pergi entah kemana setiap malam. Seandainya Bapak masih terus membaca dan menulis apapun walau sudah larut malam.

Pak, bolehkah aku berandai andai?

Seandainya Bapak menunggu aku selesai kuliah dulu. Seandainya Bapak menungguku selesai pelantikan dulu. Seandainya Bapak bisa bertahan lebih lama.

Pak, aku yang salah.
Aku bukan anak yang baik, pak.
Maafkan aku.

Seandainya Bapak masih bisa mendampingi pernikahanku. Kenapa hanya aku yang Bapak tinggalkan sendirian.

Bukankah Bapak pernah bilang, akan ada pesta meriah saat itu tiba. Untuk yang terakhir dan termanja. Tapi aku tak ingin seperti itu pak. Aku ingin yang sederhana tanpa apa apa dan karena itu tanpamu, Pak.


0 komentar:

Posting Komentar