RSS

Jumat, 20 Maret 2015

sudahi ke-alay-an waktunya lebih dewasa

sebagai hasil ke-alay-an masa lalu, lahirlah blog ini. tujuannya untuk menyalurkan pikiran alay, biar aku enggak over-alay. sudah disalurin aja masih alay.
tapi... beberapa jam lagi, aku sudah tidak boleh alay lagi. malu atuh mah, jadi anak alay tyuz. hahaha.
keponakan makin nambah kog mau alay terus, ya bisa jadi nanti mereka alay karena perilaku auntinya. no.no.no. enggak boleh. biar yang alay aku aja deh. generasi alay terakhir, karena kata sifat alay harus dimusnahkan (ganti nama perilaku sama, enggak guna juga). 
tapi terakhir, baca diary ponakan paling gedhe terindikasi ke-alay-an akut. hahaha. 
pada akhirnya, alay itu terkadang tidak bisa dihindari. ya sebenernya sih bisa dihindari. tapi kan itu suatu tahapan kehidupan (begitu sih katanya) *tahap-berikutnya*.  dan setelah ini aku udah mau graduation jadi anak alay.
udah bikin take line juga, "sudahi ke-alay-an waktunya lebih dewasa". hha. sudah sepantasnya menjadi aunti dari 1,2,3,4.. emh berapa ya? (mikir). sudah sepantasnya menjadi aunti dari 9 keponakan bisa membuat aku lebih dewasa. (ibuk aku baru sadar, ternyata cucumu udah banyak banget, padahal aku belum nyumbang cucu).
dengan kriteria:
udah enggak boleh sibling rivalry sama ponakan, 
udah enggak boleh tantrum nyaingi ponakan, 
udah enggak boleh malak jajanan ponakan, 
udah enggak boleh minta disejajarkan sama ponakan, 
udah enggak boleh nangis kayak ponakan,
udah enggak boleh ngambek sama ponakan
harus bisa mengalah
benar-benar menjadi aunti, sudah cukup denialnya sejak 18 tahun yang lalu. 
dan sekarang harus benar-benar kuat, dan harus menjalani peran yang sesuai. 

readiness for enhanced role performance :D


Selasa, 17 Maret 2015

HUJAN KODE

Apasih? enggak jelas? Kode? 
Pramuka kali,. 

Hujan meteor sudah terlalu mainstream. 
Apalagi jika ditonton sendirian, tanpa dia. 

Kamu tahu rasanya dihujani kode? Enggak? Tanyakan pada dia. 
Iya, dia yang hampir selalu aku hujani kode tapi tetap saja tidak tahu, 
Atau mungkin dia memang pura-pura tidak tahu. 
Ataukah ternyata kodeku dan kodenya berbeda. 
Atau dia tidak punya alat untuk menerjemahkan kode dariku. 

Astaga.. Aku hampir bosan tapi aku tidak bisa berhenti. 
Berhenti menghujani kode. 
Iyaaa.. Kode. Kode cinta., 

Mungkin yang bisa dia tangkap dari kode- kode itu adalah 
Aku cerewet sekali 
Aku menganggu sekali 
Aku terlalu ikut campur 
Aku tidak penting sekali 

Hey stop. 
Jika dia tahu sebenarnya kodeku itu adalah 
Aku suka sekali padamu 
Aku ingin yang terbaik untukmu 
Aku cemburu padamu 
Aku ingin kau tahu isi hatiku 
Aku ingin kau memperhatikanku 
Aku ingin kau... Sudahlah., 
Untuk apa aku melanjutkannya,. 
Menghujani dia dengan kode 
Sedangkan dia sibuk menerjemahkan kode dari orang lain 
Sedangkan dia mengacuhkan aku 

Hey.. aku ingin dia tahu, tulisan ini kode untuknya. Iyaa diaaaaaa.. 
''Hey kauuuu, Sadarlah...! Tanpa aku harus berteriak padamu dan semua.'' 

BALADA ANAK PROFESI NERS #1

cerita jaga minggu, 
belum jaga tepatnya. 
Masih OTW jalan kaki dri kost ke RSST melewati persawahan padi hijau kanan kiri diterpa sinar matahari pagi yang begitu menyejukkan hati. 
Aku jalan santai, baru pertama brgkt jalan kaki,. dri arah utara ada ibu2 yg lagi olahraga pagi. Suara sepatunya terdengar sehingga aku menoleh kebelakang. Ibuny sendirian, jalanny semangat sekali. Aku abaikan (ckckckck). 
Setelah itu ibunya mencoba mendahului aku, tpi malah diakhir perjalanan hampir smpai RSST kami ngobrol sebentar., 
Ibu: misi mbak 
Aku: iya bu 
Ibu: mau kemana mba? 
aku: jaga bu 
Ibu: dimana? 
Aku: di RSST bu., 
Ibu: sudah kerja? 
Aku: belum bu, masih praktek. 
Ibu: dokter? 
Aku: bukan, profesi perawat bu, 
Ibu: ini daerah tegalyoso ya? 
Aku: iya bu (pdhl g ngerti, main iya.iya aja). Aslinya mana bu? 
Ibu: ********* (nyebutin tempat di klaten, aku lupa). Biasanny jalan2 di car free day, tpi tdi suami pegel2 jadi sendirian. 
Aku: lha putrane wonten pundi bu? 
Ibu: anak saya 4, yg 2 di jakarta, yg dua di...... (lupa). Cucu saya sudah 6. Bla.bla.bla. 
Aku: wah cucunya sudah banyak ya bu. 
Ibu: iya, mbak, menurut mb saya usianya berapa? 
Aku: 50an bu, 
(*mencapai klimaks ini, jeng.jeng.jeng) 
ibu: saya sudah 70 tahun 
Aku: ha?? 
(ya ampun, ibunya tu sehat sejahtera sentosa, segar bugar. Aku pun tertipu) 
Ibu: saya sering jalan jalan, saya makan bawang lanang tiap hari. bla.bla.bla. (ibunya menjadwalkan suplemen setiap harinya, dg berbagai macam vitamin). 
Aku: jalan2nya tiap minggu bu? 
Ibu: enggak, senin, kamis, minggu, tpi kalau minggu jaraknya lebih jauh. 
Aku: owh.. (kagum) 
Ibu: nenek saya dulu DM jadi saya mgj kesehatan, saya kan ada keturunan DM. Dulu nenek saya kelamaan tidur terus jdi punggungny luka2. 
Aku: iya bu klu DM memang lukanya susah sembuh, kesehatan memang kuncinya di makanan dan olahraga. 

sampailah kami berpisah saat sudah sampai di persimpangan. aku ke kanan dan ibunya ke kiri meneruskan perjalanan ke timur untuk hidup yang lebih sehat. 
Aku meneruskan jaga u/ hidup yg lebih mapan. :D 

Cerita pagi yg tak terduga, dan penuh inspirasi. 
Sayangi hidup anda, mari jaga kesehatan. 

Kamis, 12 Maret 2015

curhatan acak anak profesi



Hari ini aku akan bercerita secara acak sesuka hati. dari peristiwa satu minggu yang lalu hingga seminggu ini yang sudah berhasil aku lalui dengan cukup apik. Aku sekarang ada di Banyumas. Jauh dari rumah, jauh dari suasana dingin rumah yang aku rindukan, disini panas sih. Berkeringat dimana-mana, tidur  aja sampe basah.
Seminggu sebelum aku melangkah ke Banyumas, harusnya aku bias mengikuti acara tahlilan setahun kepergian bapakku. Seperti biasa ibuk selalu tidak bisa tenang sebelum acara selesai. Tapi sepertinya hari sabtu seminggu yang lalu, ketenangan ibuk terganggu oleh hal lain. Kita sedang duduk bersama, ada aku, ibu, dan mbakku. Sibuk di dapur. Ibuk sih Cuma duduk dan terlihat gusar.
“ibu kenapa?” tanyaku
“kamu itu lho.”
“aku kenapa, bu?”
“kapan nikahnya?”
Sesaat mendengar perkataan itu aku Cuma bisa tersenyum terus bingung harus jawab apa. Mbakku cuma diam tak membelaku. Astaga. Ibuk, aku masih anak bungsumu yang cengeng kan? Aku masih bisa bermanja kan?
“aku masih sekolah buk.” Pembelaanku.
“oh ya sudah kalau kamu masih sekolah.”
Ya, aku memang beberapa bulan yang lalu sudah wisuda, tapi ya beginilah masih meneruskan profesi hingga sekarang  aku terdampar di Banyumas. Kenapa ibuku tidak begitu paham? Aku hanya bisa bilang, ya karena wanita super itu kini sudah mulai menua, mungkin Cuma itu yang bisa jadi alasanku.
Berangkat ke Banyumas aku masih merasa kepikiran dengan pertanyaan ibuk. Aku tidak menyangka ibuk akan mengkhawatirkan aku. Aku kira aku akan selalu jadi anak bungsu kecilnya. Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa putri kecilnya sedikit sedikit mulai beranjak menjadi dewasa. Dengan sedikit penolakan. Sudah tidak kecil lagi, gegara weight gain. Sedih.
Ah sudahlah, aku masih harus menyelesaikan hal yang satu ini, kuliah. Sambil menunggu maybe my future husband melamar. Setidaknya kalau ada yang melamar pertama kali diantara A, B, C, dan D aku pasti terima tanpa syarat. Hahaha, banyak sekali ya ternyata. Tapi dalam doaku tetep kog Cuma A aja, dengan kemungkinan Si B, C, D, E dan seterusnya. Ah sudahlah. Aku masih harus menyelesaikan seminggu di Banyumas.
Seminggu di Banyumas, shock culture tentunya, dengan bahasa ngapak yang asing ditelinga walaupun biasanya dengerin di radio. Aslinya lebih parah ya, hahaha. Lumayan berhasil membuat aku berpikir keras untuk memahami sambil menahan tawa. Bermacam-macam tipe orang disini, yang bikin sakit hati sampai bikin happy. Kesan pertama memang beranekaragam.
Dengan keadaan rumah sakit yang jauh berbeda dengan RS, hal pertama yang terpikirkan adalah “aku amat sangat kangen RSS.”  Banyak hal berbeda, dan banyak hal yang tidak sesuai kenyataan.
Sebagai mahasiswa, kami diberi beban sebagai agent of change, dengan kenyataan yang amat sangat sulit untuk mengubah segala kebiasaan yang tidak sesuai trap di kehidupan nyata. Banyak factor yang mempengaruhinya. Dari fasilitas, pendanaan hingga SDM yang lebih suka di zona nyaman mereka. Semua itu berkaitan satu sama lain dan saling memberi alasan kenapa perubahan itu lambat sekali dilakukan.
Maka perubahan kecil yang lama-lama jadi bukit itu harus dimulai dari diri para agen terlebih dahulu. Tapi ternyata para agen ini terkendala lingkungan yang lama-lama menggerus idealisme mereka. Tergerus oleh cara salah, dan alasan-alasan yang membuat mereka pasrah akan keadaan.
Eh, tiba-tiba aku teringat oleh Pak W yang bekerja di kementrian kesehatan yang beberapa minggu lalu bertemu di RS dalam rangka penilaian tindakan keperawatan. Rasanya ingin bercerita tentang apa yang aku rasakan saat ini. Bagaimana yang harus aku lakukan. Tapi aku bingung harus mulai dari mana? Menyuarakan isi hati yang mungkin pejabat di atas bisa memiliki solusi walau sepertinya memang harus pelan-pelan.
Semoga saja kami bisa menjadi agen perubahan bagi negri ini. Dari hal-hal kecil kami.
Pada hari terakhir minggu pertama, kesan pertama yang tidak menyenangkan mulai meleleh. Rasa toleran mulai bisa dirasakan. Bisa mengerti, ya memang untuk saling akrab butuh proses, sama halnya dengan perubahan.
Duh, tiba-tiba aku ingin bekerja di tempat para petinggi pembuat kebijakan, atau peraturan atau manajemen. Padahal selama ini aku bukanlah orang yang bisa memimpin dengan baik. Sapa tau kan ya, maybe my future husband besok itu pejabat. Eh. Orang yang semangat melakukan perubahan seperti aku. Harusnya sih tidak harus menunggu suami untuk bias berubah dan melalukan perubahan. Mulai dari sekarang kita harus berubah. Yuks!
Yo…… cerita acak ini berlanjut. Hari ini tadi, aku anak gahul Banyumas menjadi anak gahul Purwokerto. Menikmati naik angkot yang sudah lama tidak aku rasakan. Kangen juga rasanya. Hha. 
Terakhir, dear ibuk.
Ibuk. Jangan khawatir. Tenang saja. Anakmu ini akan jadi agent of change. Ibuk, jangan khawatir. Anak bungsumu ini kuat kog buk. Ibuk jangan khawatir, masih setahun lagi anak bungsumu ini sekolahnya. Buk. I love you. Ibuk menantumu akan segera datang. <3