setiap
tahun bahkan setiap hari kita bisa bertemu. enam tahun aku bisa bertemu
denganmu seminggu 6 kali. kita habiskan pagi hingga siang kita di tempat yang
sama. tak perduli satu sama lain. tak tahu satu sama lain. bukankah dulu kita
pernah satu klub jurnalistik. iya kan? atau aku yang salah. dulu aku masuk klub
jurnalistik tapi keluar karena merasa tidak berbakat menulis. tapi sekarang aku
bahkan suka mencoret-coret buku seperti bapak. tapi tulisan ini tidak ada nilai
jurnalistiknya.
tapi
dulu aku memang tidak ada alasan untuk tetap di klub jurnalistik. bahkan kamu
juga tidak bisa dijadikan alasan. karena saat itu, siapa kamu? aku bahkan tidak
mengenal dengan baik. siapa?? aku tidak pernah perduli.
dan
enam tahun berlalu. aku dan kamu sudah tidak bisa bertemu enam kali seminggu.
aku dan kamu sudah tidak bisa bersapa lagi. jika ada dua ujung yang berlawanan
maka kita berada di masing-masing ujungnya. dipisahkan oleh jarak yang begitu
jauh.
siapa?
ya kamu. siapa? entah, tapi aku mulai perduli.
sekarang
bertemu sedetikpun aku ingin sekali. tapi sesuatu itu tidak mudah untuk
diakukan. diawal perpisahan mungkin aku masih bisa bertemu, masih bisa menyapa.
tapi waktu terus berjalan menggerus jarak yang semakin tak terhubung lagi. satu
dua tahun, aku bisa bertemu denganmu. tiga empat tahun, entah bagaimana aku
bisa melihatmu. saat aku menuju ke titik tengah jarak itu, kamu tidak pernah muncul.
harapan
itu perlahan akan ikut tergerus waktu. ingatan ini juga perlahan tergerus
peristiwa baru. sampai disaat, aku sudah tak lagi melihat jarak yang semakin
jauh itu. terlalu jauh untukku bisa melihatnya. seperti ujung galaksi yang tak tahu dimana.
januari tahun lalu, di gedung
pusat. mungkin itu adalah titik tengah jarak di antara kita. kemungkinan
yang terjadi 1 banding 365 itu terjadi. jarak itu tak terlihat. aku dan kamu
bertemu lagi. aku bisa melihatmu, aku bisa menyapamu. aku bisa bebicara
denganmu. walau itu hanya sepersekian menit. waktu itu terjadi singkat. dan
jarak itu kembali melebar. memisahkan aku dan kamu lagi.
siapa?
entah, tapi aku ingin bertemu lagi.
rasanya
akan sulit. dan semakin sulit. jarak ini akan semakin melebar dan menjauhkan
lebih lebih dan lebih jauh lagi. tidak akan aku dan kamu berada di tempat yang
sama lagi. sebentar lagi. jarak ini akan berubah lagi.
februari tahun ini, di gedung
pusat. mungkin ini adaah titik tengah jarak di antara kita.
kemungkinan yang terjadi 1 dibanding 365 itu terjadi lagi. jarak itu tak
terlihat. aku dan kamu bertemu lagi. tak saling mengenal, tak saling menyapa.
walau saat itu aku ingin berteriak ke arah mu yang berlalu dengan cepat. walau
aku ingin berlari kearahmu dan menyapamu. aku hanya bisa melihat jarak diantara
kita perlahan melebar lagi. ini seperti gerhana matahari, bulan dan matahari
bertemu di satu garis, tidak lama. dan saling menjauh lagi.
siapa?
entah, tapi aku harap tahun depan aku bertemu lagi.
tahun
depan. aku tidak bisa meramalkan. tapi aku ingin bertemu lagi di bulan maret di gedung pusat. titik tengah
jarak di antara kita. kemungkinan itu tidak akan sama dengan yang lalu. setelah
tahun ini, semua akan semakin sulit.
dimana
titik tengah jarak kita kelak? jika aku bisa memintanya padamu. aku tidak ingin
ada jarak lagi diantara kita. agar perbadingan 1: 365 itu
berubah 365:365. agar aku bisa bertemu setiap hari, bukan 6 hari dalam 7 hari.
tapi 7 hari dalam 7 hari. bukan 1 hari dalam 365 hari. tapi 365 hari
dalam 365 hari.
tahun
depan, semoga janji itu bisa terucap.
0 komentar:
Posting Komentar