Pak seandainya bapak tahu setiap kami melihat paklik, Wajahmu tergambar jelas di wajah paklik. Kalian terlalu mirip hanya saja nasib kalian tak semirip itu.
Pak..
Tahu g?
Lebaran terakhir kita waktu itu terasa berbeda. Aku tidak tahu ternyata akan jadi lebaran terakhir kami bersamamu, Pak.
Kita tak punya tradisi lebaran istimewa seperti banyak keluarga di luar sana. Lebaran kita seperti hari hari biasa ditambah cemilan yang tak habi habis selama seminggu penuh.
Kita tidak punya foto keluarga tiap lebaran. Kita tidak punya makanan khas tiap lebaran. Kita tidak punya tradisi khusus saat lebaran.
Sepagi takbir berkumandang dari malam hingga sholat ied menjelang, Kami bahkan tak tahu engkau dimana pak. Yang jelas tetiba kau akan duduk di kursi biasa kau menyambut para tamu.
Dan, Lebaran terakhir itu. Selesai sholat ied dilapangan, kau sudah duduk memakai kacamata duduk di kursi panjang membaca koran. Suka cita setelah sebulan puasa.
Hingga waktu sungkeman yang tidak seformal dan sehangat keluarga lain. Aku bahkan tak biasa bilang maaf padamu pak. Karena aku pernah merasa engkau sungguh jahat pada kami. Di lebaran terakhir, tak biasanya kau menasihati Dan mendoakanku hingga menangis. Aku hanya berusaha menahan tangisku ikut pecah kala itu pak.
Pak kenapa tak biasanya kau sampai menangis begitu pak. Apa kau tahu itu nasihat dan doa terakhir untukku?
Pak aku sungguh rindu pak.
Maaf..
Maafkan aku..