RSS

Rabu, 22 November 2017

Mati Muda, "aku janji sembuh sama mama"

Ada yang bilang lebih baik mati muda dari pada mati tua banyak dosa. Emh... tapi gimana ya. Kalau aku sih mati muda atau tua sama saja asal masuk surga. Baka. Semua juga akan memilih hal seperti itu. Heem. Kadang aku berfikir g apa apa deh aku mati sekarang tapi masuk surga. Kurasa g cuma aku yang mikir kayak gitu ya.

Kali ini aku akan bercerita tentang kisah nyata seorang gadis cantik yang  oleh takdir Allah, ia mati muda. Aku tidak kenal baik dengan gadis ini. Aku baru bertemu dan bercengkrama dengan dia 7 jam tidak ada. Dia hanya bercerita sedikit. Tapi aku tahu seperti apa pilunya kehilangan gadis ini. Dan betapa sedihnya menjadi gadis ini. Kenapa? Karena ada janjinya yang mungkin tercekat atau mungkin itulah perwujudan janji itu sendiri.

Oke.
Perkenalkan aku sebagai ners beginner really really beginner. Aku bahkan sepertinya belum bisa dikatakan masuk PK 1, karena saking pemulanya.
Aku bertugas di PICU. Pediatric intensive care unit. Banyak anak anak usia 30 hari sampai 18 tahun plus 1 hari yang dirawat disini dengan alat bantu nafas. Oiya.. bagaimana jika usianya 18 tahun tapi sudah berkeluarga? Ya bisa disebut anak anak bapak atau anak anak ibu. Hem... anak anak yang sudah jadi bapak bapak dan ibu ibu. Sedikit terdengar asing ya. Iya tapi begitulah definisi anak anak yang dianut oleh PICU.

Setelah turun jaga, aku harus jaga sore. Jaga sore di hari pertama surveyor akreditasi berkeliaran. Berharap banget g ketemu salah satu dari mereka. Setelah aku harus gagal jadi tim sukses akreditasi dan malah jadi tim sukses transplan hati. Harusnya setelah ini aku bisa transplan hatiku ke hatimu 🙈. Aku terlalu gila dan sedih kalau ingat ingat lelaki gawat darurat itu. Lupakan.

Aku jaga sore seperti biasa. Ada pasien baru. Sudah besar. Seorang gadis cantik. Usianya seminggu lagi pas 18 tahun. Hampir menjadi usia dewasa yang artinya bisa pindah dari PICU ke ICU.
Diagnosa gadis ini fraktur di kedua kaki. Terlihat traksi di kaki kananya. Gadis ini ceria sekali. Mungkin aku akan iri jika seusia anak ini. Aktif organisasi di SMA. Memiliki banyak teman. Berprestasi. Begitulah sekiranya aku mendeskripsikan anak ini. Aku tak tahu banyak hal tentang anak ini.

Jadi cerita bagaimana anak ini bisa masuk PICU adalah....
Sebut saja Flow. Flow ini baru saja lulus SMA tahun ini. Harusnya sekarang sedang mendapatkan pendidikan lanjutan. Tapi takdir berkata lain sehingga Flow harus di rawat di PICU.
Flow mengalami kecelakaan bersama temannya. Hari itu ada acara pramuka di SMA Flow. Flow sudah tidak aktif di pramuka tapi sebagai kakak kelas yang dulu pernah jadi pengurus, Flow memutuskan untuk mengikuti kegiatan sebagai perpisahan. Kegiatan terakhir di SMA begitu pikirnya. Hari itu mama Flow tidak mengizinkan Flow pergi, karena menurut mama pasti Flow akan kecapekan. Apalagi Flow akan mengikuti test masuk Polwan yang sudah sampai tahap ke 4. Namun, Flow tidak mengindahkan perkataan mama. Flow tetap ikut kegiatan itu bersama temannya.
Selepas kegiatan itu selesai Flow mengantar temannya pulang. Rumah teman Flow ada di seberang jalan. Saat itu Flow memboncengkan temannya dengan sepeda motor. Bersiap untuk menyebrang jalan. Tepat di depan rumah teman Flow. Tiba tiba dari arah belakang ada truk yang menabrak motor Flow. Flow jatuh dan kakinya terlindas ban truk. Ya begitulah kakinya sekarang fraktur. Teman Flow saat itu tidak terselamatkan.
"Waktu itu Flow, masih sadar mbak, tapi Flow tahu temen Flow meninggal setelah mondok pertama".
Aku mendengarkan dengan seksama cerita anak ini bersama seorang residen anak.
"Makanya Flow janji sembuh sama mama, mbak"
Itu adalah janji permintaan maaf Flow karena tidak mau mendengarkan mama untuk tidak ikut kegiatan pramuka saat itu.
Astaga.. tahap grieving seperti apa yang dirasakan anak dan keluarganya. Denial seperti apa? Aku saja membayangkan sudah pasti sangat sulit menerimanya. Dan akan menawar pada Tuhan. Tahap berduka seperti apa, ketika sedikit lagi tahap masuk Polwan bisa Flow lalui dan mungkin sekarang dia sedang mendapatkan pendidikan Polisinya.

"Flow berapa bersaudara?" Tanyaku.
"Dua. Sama adik umurnya baru 3 bulan"
"Owh... masih kecil banget ya. Cewek apa cowok?"
"Cowok mbak. Lagi lucu lucunya. Kalau pagi suka ngajak main. Nanti kalau di cuekin terus ngambek. Hha"

Sesore itu keadaan Flow tidak begitu stabil. Keluar keringat dingin di wajahnya. Bantalnya sampai basah. Nadinya naik. Flow tidak mau makan. Tapi dia masih bercanda sama mama dan papanya. Menghabiskan segelas teh manis hangat.
"Tehnya habis?" Tanyaku lagi untuk mencatat intake cairan Flow.
"Iya, hehe"

Semua pasien di PICU dimonitor setiap jam. Apapun yang masuk dan kekuar tubuh mereka harus tercatat dengan baik. Tanda tanda vital tercatat dengan baik. Monitor alat bantu nafas / ventilator. Jika ada bunyi alarm aneh sedikit hatus segera di cek untuk memastikan pasien baik baim saja.

Begitu pula aku setiap jam menghanpiri Flow, menanyakan berapa yang dia minum. Apa yang dia makan. Apa yang dikeluhkan saat ini. Membantunya memberikan posisi ternyaman. Flow selalu bilang maaf, tidak perlu Flow.

"Sudah minum lagi?"
"Iya" jawab Flow singkat sambil mengangguk.
"Berapa teguk?"
"Tujuh ada."
"Oke" aku mencatat di lembar monitor Flow
"Sekarang yang dikeluhkan apa?" Aku menghampiri di samping Flow sambil mengelap keringatnya.
"G ada"
"Ada nyeri g?" Aku memastikan lagi.
"G ada" Flow menjawab sambil menggeleng.

Jam 20.00 jadwal minum obat Flow. Flow dibantu mama dan papa. Masih ceria dan bisa bercanda.
Aku tanya lagi tentang asupan minumnya.
"Lima teguk" Flow lapor sebelum aku bertanya.
"Emang kamu hitung?" Mama bertanya pada Flow
"Iya aku itung, orang ditanya" Flow menjelaskan.
"Hhaha, bagus Flow." Aku acungkan jempol ke pada anak itu. "Obatnya sudah diminum semua ya?" Aku memastikan lagi.
"Sudah"

Hingga jam operan jaga tiba, Flow masih baik baik saja. Memang fungsi jantungnya agak terganggu sehingga nadinya tinggi. Terakhir aku tinggalkan anak itu masih stabil. Kurasa dia akan baik baim saja sampai prosedur pembedahan berikutnya.

Rabu, 15 November 2017

Aku takut lupa

Kalian pernah merasa mendapat banyak cobaan?
Kalian pernah merasa tak beruntung seperti yang lain?
Kalian pernah merasa gagal terus dan terus?
Kalian pernah merasa semua tak adil? Kalian pernah merasa terpuruk?
Kemudian kalian memohon pada Tuhan. Dan kalian berpasrah. Terlalu berharap keajaiban tiba tapi kakian hanya bisa diam. Diam adalah koping terbaik. Tak berharap adalah koping terbaik. Karena selama ini kita termakan sendiri oleh harapan kita sendiri. Harapan yang mungkin terkadang tidak terlalu realistis.

Kita terlalu manja pada Tuhan. Semua kita mintakan pada Tuhan. Tapi kita lupa sudah kita berikan apa pada Tuhan. Sehingga Tuhan mau mengabulkan harapan kita?

Saat kita sudah tak ingin berharap lebih. Kemudian Tuhan masih mendengarkan kita, dan terkabulah harapan itu.

Aku takut aku terlaku jumawa
Aku takut aku terlalu manja
Aku takut terlalu takabur
Aku takut aku kemudian lupa dengan Dzat yang telah memberikan segalanya kepada ku
Aku takut aku kemudian lupa ada Dzat yang selalu ada ketika aku susah dan senang
Aku takut lupa padamu ya Allah.

Hamba takut berlarut dalam kebahagian yang Engkau ujikan pada hamba.
Hamba takut berlarut dalam kesedihan yang Engkau ujikan pada hamba.

Jumat, 10 November 2017

Melepas lelah ke Candi Cetho

Halo gengs.
Kamu lelah g? Aku iya. Lelah. Iya sih udah g pernah lembur. G pulang malam penyebab radang tenggorokan. Udah g gampang flue. Libur seadanya. Tapi.. tapi.. aku liburnya pas orang orang g libur. Aku berangkatnya pas orang orang pada libur. How i feel so desperate. When you wanna go to picnic with your best friends ever but you couldn't join them. Nyesek. Sampai akhirnya semuamua aku ajaki dolan tapi akhirnya sama saja. Jadwalnya g bisa sama. Seperti aku semangats yang lain lelah. Aku lelah yang lain semangats.

Akhirnya bulan ini 3 minggu berturut turut aku mendapatkan libur hari minggu.
Minggu pertama aku cuma dirumah tapi sambil liat instastory kamu yang malah udah kemana aja g tau sama siapa. Aku merasa terkhianati. Dan itu akhirnya aku tahu bahwa sudah tidak ada kemungkinan lagi aku pergi sama kamu. Yang malah pergi sendiri, terus sekarang kerjanya luar kotaan terus. Sudah mulai bahagia. Lebih bahagia dari hari kemarin. Selamat boi.

Nahkan. Gama bikin insta story yang soksokan kangen gue. Hha. Beneran kangen kah Gam? Terus aku bales bikin instastory yang isinya kita berempat. Formasi Frontline BU. Yang nyebeli tapi juga ngangenin.

Kangen dengerin Bayu omong cepet belepotan menggebugebu. Kalian bisa bayangin g? Kalau Bayu pas omong sama sahabat BU selalu semangat dan suaranya sampai kemana mana. Hha. Masih. Masih tersisa ruang untuk kenangan itu.
Kalau Dani suara kalem, lirih dan lembut. Senyum senyum sendiri. Kalau ada yang bening dikit kode kodean sama Bayu. 😂😂
Kalau aku? Cempreng cerewet cemberut tapi tiba tiba mlengeh kalau dopaminnya datang. Terus kayak orang gila.
Gama? Udahlah dia mah masternya. Dulu yang selalu ngingetin excellent service. Yang apa apa keluar dari mulut dia selalu jadi panutan aku dalam menjelaskan. 😂

Aku sudah bikin status piknik piknik terus. Kamu mah RJJ tiba tiba pergi sendiri. Terus aku merasa 'meh', jadi gini sekarang? Fine. Bikin saya kembali harus ngeluh sama Almaidah dan kembali dia harus bilang "hindari". Sedangkan saya selalu menolak perkataan Almaidah. Sudah sebulan lho ini. Kalau kali ini aku agak berat harus bilang 'bodo amat'. Yempun nangis nangis deh gue di depan Almaidah. Hha.

Nah kan setelah Gama bikin status terus aku komen. Terus ajak main. Tapi selalu tanpa kejelasan yang berarti bisa jadi bisa enggak. Sedih sih. Apalagi jadwal not available aku. Yang liburnya bisa saja hari senin sampai jumat tanpa menyisakan libur hari sabtu minggu. Padahal dua hari itu adalah hari aku bisa pergi sama mereka. Bersyukurlah Dani masih available kapanpun dan dimanapun. Tapi aku berharap kamu bisa cepet menjadi pengusaha sukses bang. Ayo mulai dari mana? Mulailah sekarang!

Jadilah si Gama sekarang juga g se.available dulu karena ada suamik. Dan bersyukurlah karena Gama dan suamiknya harus kepisah 3 bulan
kedepan yang artinya Gama available 3 bulan. Haha. Aku jahat. Bayu mah sudah tidak bisa diharapkan banget tapi tetap kami masih berharap tiba tiba dia terbang ke Jogja untuk reunian.

Aku? Ya sama aja kayak Bayu. Tidak bisa diharapkan apalagi harus pergi dadakan like this. Aku harus pesen jadwal dulu. Kalau perginya lama requestnya libur dikumpulin, terus kerjanya berhari hari berturut turut tanpa libur. Demi bisa main sama kalian apapun aku lakukan. Semasa aku masih available being single. Kalau udah ada suamik mah aku pergi aja berdua.

Ya..
Hari minggu kemarin pas aku turun jaga. Hari minggu libur ke 2. Setelah jaga malam pulang jam 8 pagi terus bablas main. Itupun aku harus bangunin Dani yang masih tidur karena abis ronda. Gama udah siap aja. Aku masih sempat balik rumah buat mandi dan rendam cucian.

Setelah mandi langsung telpon Dani, suaranya masih ketahuan banget baru bangun tidur. Lima belas menit kemudian Dani bilang uda siap, aku masih otw. Sampai rumah Dani jam 10 kurang. Langsung cus ke rumah Gama di gang Manggis. Sampai rumah Gama jam set11an. Terus jadi kemana? Kata Dani ke Solo. Ke Solo ke mana? G tahu. Di Solo kan cuma ada mall. Kalau mau ke yang obyek wisata ke timur lagi ada kebun teh, air terjun, ndoro donker dan lain lain.

Ya udah ke ndoro donker.
Siang siang udah lapar. Kita belum ada yang sarapan. Bingung mau makan apa ya udah selat solo. Dimana tapi? Ya udah tanya google. Ketemu di google, di list yang atas sendiri. Eh ikutin itu google map sampai di jalan terus malah bilang "ini kan yang ada richeesnya". Ya udah makan di richeese aja gimana? Masih galau gitu. Ya udah deh richeese aja. Masuk gang liat eskrim aice turun terus beli. Hha. Random banget. Mau parkir di richees penuh, sampai belakang ternyata parkir di halaman masjid. Sholat dulu abis itu baru makan.

Sampai richeese antriannya heboh banget. Banyak. Dani antri, aku sama Gama cari tempat duduk. Lamaaaaaaa banget sampai akhirnya kita dapatkan menu kita dan duduk manis sambil makan. Kog tiba tiba pengen lagi. Hha.

Selesai makan cus ndoro donker. Sambil ngobrol random, ngomongin naik gunung lawu yang di puncaknya ada bapak penjual sotonya. Ah.. mau ajak siapa ya aku? Kamu? Udah g available sama kek gue. Mas php? Tidak bisa diharapkan. Kalian? Apalagi cuy. Harus mengumpulkan libur 3 hari. Eh padahal pas ke ranukumbolo kita bisa hanya dengan libur 3 hari.
Aaaaaaakkkk pengen cuti belum boleh cuti. Nanti udah boleh cuti waktunya buat suami. Doakan aja ya. Hha.

Sudah mulai menaiki kaki gunung Lawu. Terus kan mau kemana nih? Ndoro dongker. Eh tapi ada Candi Cetho. Gama bilang yang kayak pura itu lho. Oh ya? Oke ke candi Cetho aja yuk.  So i can feel you 😙. Apasih 😑.

Ya udah ke candi cetho dulu baru ke ndoro dongker. Oh my god, seneng banget bisa ngrasain jalanan berliku di pegunungan. Bisa lihat pemandangan di bawah yang amazing. Bisa ngrasain udara dingin. Bisa melihat hijaunya pepohonan teh. Bisa pergi ke tempat yang tinggi itu aku suka. Perjalanan ini kayak naik gunung sampe puncak tapi bisa pake mobil. G capek dan bahagia. Haha.

Naik tangga yang g begitu tinggi, aku udah ngosngosan. Di saat seperti itu aku cuma bisa mbatin lagi "kayak gini lu, mau naik lawu? Naik tangga candi aja capek". Yah begitulah kalau fisik tidak terlatih. Ahhh, aku pengen banget naim gunung mas. Beneran.
Sampai atas langsung poto poto ala kids jaman now. G sadar umur udah bodo amat padahal perginya sama ibu ibu jaman now dan babang hits jaman now. Emh.. tahu lah ya siapa yang paling cerewet minta di potoin. Yes I'm. Ini demi eksistensi di media sosial jaman now. Ups. 🙊

Naik terus naik sampe puncak. Poto poto sampe puluhan. Modal hape doang. G ada threepot, g punya tongsis. Modal hape diganjel tas terus mode timer 10detik. Haha.
Berasa di halaman belakang rumah simbah. Bangunannya kayu, pendek. Rumah hits jaman ago bangetlah. Dan aku suka suasananya.

Pengen bisa pergi lagi.

Cukup sih buat aku pergi ketempat tinggi atau ketempat dimana kamu bisa melihat sunset tenggelam perlahan. Abis pulang dari candi pas matahari turun. Mandek di sembarang tempat. Di pinggir kebun teh. Poto poto dulu bentar. Tapi sambil menikmati senja yang mulai menggelap. Kita berhenti, diikuti pendaki yang turun gunung. Ah bahagia.